JAKARTA - Pemerintah kembali menegaskan sasaran program Kartu Pra-Kerja adalah pekerja, pencari kerja, dan pelaku usaha kecil dan mikro yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
Pemerintah juga melakukan pendataan melalui dinas-dinas ketenagakerjaan, pariwisata, koperasi dan UKM, perindustrian dan perdagangan, selain juga pada sektor-sektor yang terdampak oleh pengurangan mobilitas masyarakat seperti transportasi dan ritel.
Sasaran program Kartu Pra-Kerja ini adalah para Pekerja, Pencari Kerja dan Pelaku Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang terdampak oleh pandemi COVID-19.
Baca Juga: Catatan Menko Airlangga Sejak Peluncuran Program Kartu Prakerja
Pemerintah melakukan pendataan melalui Kementerian/ Lembaga (K/L) dan Pemerintah Daerah, terutama melalui dinas-dinas Ketenagakerjaan, Pariwisata, Koperasi dan UKM, Perindag dan juga pada sektor-sektor yang terdampak oleh pengurangan mobilitas masyarakat seperti transportasi dan ritel.
“Pendataan yang telah dilakukan bukan merupakan pendaftaran. Pendaftaran hanya bisa dilakukan melalui wesite resmi Pra-Kerja. Saya mengimbau masyarakat yang telah melaporkan ke K/L dan dinas-dinas, agar tetap melakukan pendaftaran di situs prakerja,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam keterangannya, Senin (13/4/2020).
Verifikasi data calon peerta program, dilakukan melalui pengecekan dengan database kependudukan (Dukcapil) di Kemendagri, Data Pokok Kependidikan (Dapodik) di Kemendikbud dan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) di Kementerian Sosial. Hal ini untuk memastikan bahwa peserta Kartu Prakerja sesuai persyaratan, yaitu berusia di atas 18 tahun, tidak sedang sekolah/kuliah dan untuk mendahulukan masyarakat yang belum menerima berbagai bantuan sosial dari Pemerintah, supaya bantuan lebih merata.
Baca Juga: Lebih dari 1 Juta Orang Mulai Daftar Kartu Pra-Kerja
“Prioritas atau fokus program Kartu Prakerja adalah Pekerja yang dirumahkan dan yang terkena PHK, serta pelaku usaha mikro dan kecil yang kehilangan sumber pekerjaan. Menteri Ketenagakerjaan yang melakukan pendataan para Pekerja tersebut,” kata Airlangga.
Dia pun memaparkan, lebih dari 900 pelatihan online dari beragam jenis dan tingkatan, mulai dari pemula sampai tingkat mahir akan tersedia di 8 platform digital. Setengahnya adalah jenis pelatihan yang praktis, ringan dan dapat menghasilkan pendapatan baru.
Contohnya, Pengenalan Teknologi Informasi untuk Pemula, Akuntansi untuk Pemula, Pelatihan Da’i Muda, Menjadi MC Andal, Manajemen Warung Kopi, Bahasa Inggris Praktis untuk Pelaku Pariwisata, Dasar Keterampilan Housekeeping, dan Belajar Menjadi Telemarketer.
“Pendaftaran pada Gelombang pertama akan dibuka sampaik dengan Kamis 16 April pukul 16.00. Jika belum berhasil diterima sebagai peserta pada Gelombang pertama, pendaftar dapat bergabung di Gelombang selanjutnya, tanpa harus melakukan proses pendaftaran lagi,” terang Menko Airlangga.
Penerimaan peserta Gelombang pertama akan disampaikan pada hari Jumat 17 April, dan pelatihan dapat digunakan di mitra platform mulai Sabtu 18 April. Pelatihan offline atau tatap muka bisa dilakukan setelah dievaluasi dari aspek keamanan dan pemenuhan standar kesehatan. “Kami terus berupaya menambah jenis pelatihan, supaya ada kompetisi dan memberikan pilihan yang lebih banyak bagi masyarakat,” jelas Airlangga.
Setiap minggunya hingga minggu ke-4 November 2020, program ini akan membuka kuota untuk sekitar 164 ribu peserta. Namun dengan mempertimbangkan antusiasme pendaftar yang sangat tinggi, kuota 164 ribu peserta per minggu akan segera dievaluasi untuk kemungkinan dilakukan peningkatan jumlah kuota per minggu.
“Sampai akhir 2020, direncanakan akan ada lebih dari 30 gelombang pendaftaran. Dengan total anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk tahun ini adalah sebesar Rp20 triliun, jumlah peserta yang ikut akan bisa mencapai 5,6 juta orang,” pungkasnya.
(Feby Novalius)