JAKARTA - Ada kejadian menarik dan tidak disangka-sangka ketika Direktur Utama Mind ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Orias Petrus Moedak diusir oleh Anggota Komisi VII DPR Muhammad Nasir saat rapat kerja di DPR pada Selasa 30 Juni 2020.
Rapat sendiri sebenarnya membahas tentang kinerja BUMN tambang di masa pandemi Covid-19, kontribusi BUMN tambang di masa pandemi Covid-19 dan proyeksi pendapatan pemerintah sebelum dan sesudah akuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia.
Berikut fakta-faktanya, Jakarta, Sabtu (4/7/2020).
1. Pembelian Saham Freeport
Situasi dan kondisi rapat sendiri sempat panas. Pasalnya, Direktur Utama Mind ID atau PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Orias Petrus Moedak terlibat debat dengan Politisi Demokrat Muhammad Nasir.
Mulanya, Orias menjelaskan mengenai aktivitas perusahaan ketika membeli saham mayoritas dari PT Freeport Indonesia (PTFI). Demi mengambil alih saham mayoritas PTFI, Perseroan menerbitkan utang.
Untuk menutupi utang tersebut, perseroan menerbitkan utang baru senilai USD2,5 miliar untuk refinancing sejumlah utang yang akan jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan, khususnya di level induk atau Inalum. Selain itu, dana tersebut digunakan untuk akuisisi 20% saham PT Vale Indonesia Tbk.
Menurut Orias, langkah tersebut karena dalam dua tahun setelah ambil alih saham Freeport ini karena memang tidak ada penerimaan negara yang didapat. Sebab, penerimaan negara baru akan didapat oleh holding BUMN tambang dari ambil saham PTFI pada 2021.
"Jadi waktu kami beli memang 2 tahun akan kosong penerimaan. Jadi akan balik di 2021. Level produksi di 2021 akan sama ekspektasinnya seperti 2018, jadi harganya tembagannya di 2018, kami ekspektasi dapat dividen 2021 itu USD350 juta dan akan meningkat bertahapa dan ekspektasi akan menerima minimal USD 1 miliar di 2021 dan seterusnya," ujarnya di Ruang Rapat Komisi VII DPR-RI.
2. Pertanyaan Nasir
Nasir pun kemudian menanyakan kembali alasan mengapai harus berutang. Sebab dirinya menilai jika pengelolaan saham PTFI tidak benar karena membeli dengan utang dan membayarnya dengan utang
"Coba jelasin ini apa manfaatnya? Kok kita jadinya pusing. Jadi ini kalau terjadi perang, ini covid sama saja dengan perang, masa kita suruh bayar lagi? Apa apaan. Jadi yang logikalah, jangan kita gadaikan semua ini," tanya Nasir.
3. Penjelasan Bos Inalum
Orias pun menjelaskan jika refinancing yang dilakukan MIND Id bukanlah untuk membayar kembali kepada PTFI. Sebab, refinancing yang dilakukan perseroan adalah untuk membayar utang yang akan jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan.
Menurut Orias, refinancing utang obligasi yang akan jatuh tempo pada 2020 dan 2023 dilakukan dengan cara perseroan membeli langsung obligasi dari pemegang obligasi. Kemudian, Inalum menawari pemegang obligasi dengan obligasi baru yang memiliki tenor lebih panjang.
Dengan menerbitkan utang baru ini, beban bunga yang ditanggung perseroan lebih rendah 0,7% dari beban bunga sebelumnya. Sehingga, beban bunga yang ditanggung perseroan berada di kisaran 5,4 % saja per tahun.
"Ada lebih USD 1,5 miliar untuk refinancing anak usaha yang memiliki bunga tinggi. Kalau yang bond, mungkin karena prosesnya rumit, kita akan lewat pasar. Ini mekanismenya sedang kita pikirkan," jelasnya.