JAKARTA - Wabah virus Corona atau Covid-19 membuat sejumlah sektor keuangan tertekan, khususnya perbankan. Hal ini terlihat dari keuangan perbankan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lesu.
Ekonom Core Piter Abdullah mengatakan agar perbankan plat merah tidak perlu memaksakan dalam menambah penyaluran kredit yang besar. Hal itu bisa meningkatkan risiko pada keuangan perbankan. Namun penurunan laba ini belum menunjukkan kondisi perbankan BUMN yang sakit.
"Bank tidak perlu memaksakan meningkatkan penyaluran kredit di tengah wabah. Hal Itu bisa meningkatkan risiko bank. Saat ini kredit at risk perbankan meningkat tinggi walaupun NPL masih terjaga baik di bawah 5%, tapi kondisi perbankan BUMN masih cukup kuat," kata Piter.
Berikut fakta-fakta terkait hal tersebut berhasil dirangkum Okezone, Jakarta, Sabtu (23/8/2020).
Baca juga: Laba 4 Bank BUMN Rontok Imbas Covid-19, Siapa Paling Parah?
1. Bank Perlu Melakukan Restrukturisasi
Dalam rangka menjaga kualitas kredit agar tetap lancar bank juga harus melakukan restrukturisasi yang di antaranya memberikan potongan bunga. Artinya penerimaan bunga kredit bank sudah dipastikan menurun yang bisa dijadikan penopang laba.
"Meskipun begitu turun, bank masih mendapatkan laba. Hal ini menunjukkan bahwa bank masih mampu bertahan di tengah wabah. Jadi tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebih terhadap perbankan," ucap Piter Abdullah.
2. Penyaluran Kredit Hanya Mencapai 4% Sepanjang 2020
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu menyatakan bahwa penyaluran kredit diprediksi hanya mencapai 4% sepanjang 2020. Kondisi ekonomi pada akhir semester pertama 2020 masih sangat berat yang tampak dari angka pertumbuhan ekonomi yang rendah.
Akan tetapi, permintaan kredit sudah mulai membaik pada Juli dan diharapkan akan terus positif sampai akhir tahun 2020.
Baca juga: Astaga! Ada 103 Bank Bangkrut sejak 2006 hingga 2020
3. Laba 4 Bank BUMN Turun Drastis
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI pada semester I-2020 secara konsolidasi membukukan laba bersih sebesar Rp10,20 triliun. Angka tersebut tercatat turun 32% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat laba bersih yang diperoleh perseroan sepanjang semester I-2020 sebesar Rp4,46 triliun. Capaian tersebut menurun 41,54% secara yoy dibandingkan dengan semester I 2019 yang mencapai Rp7,63 triliun.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI mencatat laba bersih pada semester I-2020 sebesar Rp10,29 triliun. Angka ini mengalami penurunan sebesar 23,9 persen secara tahunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang mencapai Rp 13,53 triliun.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN mencetak laba bersih senilai Rp768 miliar pada semester I 2020. Pencapaian laba itu turun sebesar 40% dibanding periode sama tahun lalu yang Rp1,3 triliun.
4. Penurunan Laba Diperburuk dengan Transaksi Ekonomi yang Menurun
Ekonom Core Piter Abdullah mengatakan penurunan laba ini diperburuk lagi oleh menurunnya transaksi ekonomi di tengah wabah yang kemudian menyebabkan penurunan pendapatan. Kendati demikian, penurunan laba adalah sebuah kewajaran di tengah wabah saat ini.
"Kita tahu di tengah wabah penyaluran kredit menurun tajam. Jadi sangat wajar kalau keuntungan bank menurun," katanya.
5. Bank Mandiri Sempat Diisukan Bangkrut
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) diisukan mengalami kebangkrutan dan akan diambil oleh China. Namun, isu itu telah ditepis oleh manajemen Bank Mandiri, manajemen Bank Mandiri menyatakan masih mempunyai aset yang sehat dan kuat.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, tindakan penyebaran isu itu merupakan upaya pendiskreditan dengan tujuan merusak kepercayaan masyarakat, baik kepada Bank Mandiri, perekonomian Indonesia serta pemerintah RI.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)