JAKARTA - Fitch Ratings memberikan peringkat yang baik untuk kondisi perekonomian di Indonesia tahun ini.
Lembaga pemeringkat kredit internasional yang berpusat di New York dan London ini memperkirakan PDB Indonesia akan pulih secara bertahap menjadi 5,3% pada 2021 dan 6,0% pada 2022.
Fitch melihat ini sebagai pertumbuhan yang sangat baik mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat terkontraksi 2,1% pada 2020 yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Fitch melihat pemulihan tersebut didukung stimulus belanja pemerintah dan ekspor neto Indonesia, termasuk dari perbaikan harga komoditas.
Baca Juga: Investasi Kunci Pertumbuhan Ekonomi 2021, Jokowi: Tak Mungkin Tambah Drastis APBN
“Kami memperkirakan momentum pertumbuhan akan didukung lebih lanjut dalam waktu dekat oleh langkah-langkah bantuan fiskal dan belanja infrastruktur,” tulis Fitch dalam rilisnya.
Pemerintah RI menurut Fitch sudah memulai program vaksinasi pada bulan Januari dan bertujuan untuk mencapai kekebalan kelompok pada triwulan I/ 2022.
Menurut Fitch, ini target yang optimistis. Hal ini diamini oleh Menko Perekonomian RI Airlangga Hartarto.
“Pemerintah akan menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan menjaga keberhasilan PPKM Mikro untuk menekan kasus aktif yang saat ini sudah single digit. Selain itu, percepatan vaksinasi, salah satunya dengan vaksin gotong royong,” ungkap Airlangga yang juga Ketua KPCPEN menyikapi penilaiaan Fitch tersebut.
Penerapan UU Cipta Kerja yang dilakukan pemerintah Indonesia, diyakini akan menjadi pendorong pemulihan ekonomi Indonesia.
Dalam jangka menengah, Fitch berharap pertumbuhan RI akan mendapat dorongan dari penerapan Omnibus Law UU Cipta Kerja, yang bertujuan untuk menghilangkan beberapa hambatan investasi yang sudah berlangsung lama.
Selama ini, Fitch melihat pengeluaran pemerintah tetap difokuskan untuk mengurangi dampak akibat krisis kesehatan.
Baca Juga: BI Bawa Kabar Baik, Ekonomi RI Kuartal I-2021 Lebih Kuat
Sekitar 4,2% dari PDB Indonesia yang dialokasikan pada tahun 2021 untuk langkah-langkah kesehatan dan bantuan guna mendukung rumah tangga dan bisnis. Ini meningkat jika dibandingkan 3,8% dari PDB yang dicairkan pada tahun 2020.
“Pemulihan sektor riil juga dilakukan dengan kebijakan yang menstimulus konsumen sekaligus mendorong produksi seperti sektor property dan otomotif. Kami saat ini juga tengah memfinalisasi paket ketersediaan financing untuk sektor horeka [hotel-restoran-kafe],” ungkap Airlangga menanggapi
Fitch juga melihat pembangunan infrastruktur tetap menjadi kunci jangka menengah dari prioritas pemerintah. Akan tetapi kapasitas investasinya mungkin terhambat oleh pembayaran bunga yang meningkat, 18% dari pendapatan pada tahun 2020.
Selain itu, pengeluaran yang diamanatkan secara konstitusional untuk kesehatan dan pendidikan, dan kemungkinan kebutuhan mendukung modal bagi perusahaan milik negara.
"Lembaga Investasi Indonesia" yang baru dibentuk oleh Otoritas Investasi Indonesia, diyakini akan menjadi sumber pendanaan yang strategis.