Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Jadi Importir Minyak, Erick Thohir: Kita Bukan seperti Dulu Swasembada

Suparjo Ramalan , Jurnalis-Kamis, 24 Maret 2022 |12:43 WIB
RI Jadi Importir Minyak, Erick Thohir: Kita Bukan seperti Dulu Swasembada
Menteri BUMN Erick Thohir sebut RI importir minyak (Foto: Kementerian BUMN)
A
A
A

JAKARTA - Indonesia merupakan negara importir minyak. Tercermin dari impor minyak dalam negeri sejak Februari-Maret 2022 naik signifikan.

Data SKK Migas mencatat RI perlu mengimpor 500.000 barel minyak. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan minyak mentah di Indonesia.

"Kita ini importir minyak, kita bukan seperti dulu lagi yang swasembada minyak. Dan minyak kita makin hari makin tinggi ketika kita membagun petrokemikel," ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir Kamis, (24/3/2022).

Tercatat, produksi minyak dalam negeri hanya menyentuh 700.000 barel per hari (bph). Sementara, konsumsinya mencapai 1,5 juta barel per hari. Kesenjangan ini membuat pemerintah harus mengambil langkah impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Erick menilai perlunya satu ekosistem yang diperlukan untuk menekan angka impor minyak. Menurutnya, diperlukan ekuilibrium agar Indonesia tidak bergantung terhadap negara lain.

Keinginan itu sekaligus menekan impor bahan baku obat yang berasal dari petrokemikal, turunan dari minyak. Saat ini,%tase impor bahan baku obat-obatan mencapai 95%.

"Ingat salah satu turunan petrokemikal itu salah satunya obat, bahan baku obat yang selama ini Indonesia masih impor hingga 95% bahan baku obat. Artinya apa? Mesti ada ekuilibrium agar kita gak bergantung terus menerus, karena minyak itu salah satu yang konsumtif daripada bensin adalah kendaraan. Ini sebuah keharusan agar kita bisa mandiri," kata dia.

Erick memahami, kegiatan ekspor impor memiliki implikasi bagi kesejahteraan rakyat. Dia memandang sejak dulu sumber daya alam (SDA) yang bisa diproduksi di dalam negeri kerap diekspor ke negara tujuan. Sehingga, sumber daya tersebut hanya diperuntukkan bagi kepentingan bangsa lain.

Persoalan inilah menuntut BUMN memainkan peran strategisnya, khususnya PT Pertamina (Persero) dan Holding BUMN Pertambangan. Erick menilai perusahaan pelat merah di sektor energi dan pertambangan ini memiliki kekuatan besar setelah dikonsolidasikan.

"BUMN punya perannya, kalau kita bicara hilirisasi SDA, perusahaan pertambangan BUMN setelah dikonsolidasikan, ini bukan kaleng-kaleng, punya Freeport, punya nikel, punya bauksit, punya timah dan lain-lain. Tetapi selama ini, kita selalu terjebak mencari uang cepat yang akhirnya kita lupa menurunkan bahwa seluruh hasil tambang ini punya value yang luar biasa untuk bangsa kita," gumam Erick.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement