JAKARTA - Perusahaan rintisan teknologi alias startup di Indonesia meningkat seiring berkembangnya digitalisasi. Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Haryanto Tiara Budiman mengatakan pendanaan startup menjadi kunci utama bagi 'hidup atau mati' nya perusahaan.
"Startup digital ini kan biasanya punya solusi yang inovatif dan groundbreaking. Nah karena baru di pasar, maka kemungkinan gagal lebih besar dari sebagian besar bisnis konvensional lainnya," kata Haryanto, dalam HIPMI Digital Fest 'Digital Industry From Survival To Revival', Rabu (30/3/2022).
Haryanto mengungkapkan terdapat sejumlah sumber funding startup yang dapat menjadi pijakan bagi para founder yang baru akan memulai usaha mereka.
Pertama adalah bootstraping. Sumber pembiayaan ini berasal dari kantong pribadi sang pendiri atau pemilik startup, yang biasanya sedang berada di tahap pembiayaan awal (seed capital).
"Jadi anda sebagai founder, anda menggunakan uang anda sendiri untuk memulai bisnis tersebut, tujuannya adalah agar tidak memperbesar utang. Makanya dia pakai uang sendiri, simpanan sendiri, sehingga dia bisa fokus ke bisnis," tuturnya.
Pendanaan teman dan keluarga (friends and families) menjadi sumber kedua yang dapat dijajaki para pendiri startup. Bagi Haryanto, pendanaan di lingkaran kerabat memiliki nilai yang cukup besar, apabila dapat dimaksimalkan, kendati riskan apabila gagal bayar.
"Mungkin lebih mudah didapatkan, tapi sekali lagi anda kalau dapat uang dari teman, tapi lalu ga bayar, ini bisa-bisa pertemanannya bisa putus," ucapnya.
Selanjutnya adalah source dari angel investors, yang notabene merupakan 'crazy rich' dengan net-value jumbo yang ingin menanamkan modalnya terhadap perusahaan-perusahaan potensial.