Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Warga Demo di Jalan, PM Sri Lanka: Setiap Detik Protes, Kami Kehilangan Dolar

Tim Okezone , Jurnalis-Jum'at, 15 April 2022 |11:09 WIB
Warga Demo di Jalan, PM Sri Lanka: Setiap Detik Protes, Kami Kehilangan Dolar
Perdana Menteri Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa. (Foto: NDTV)
A
A
A

KOLOMBO - Dalam pidato khusus untuk negara di tengah krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan protes besar-besaran yang menyerukan penggulingannya, Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa meminta orang-orang untuk tetap bersabar agar pemerintah dapat menyelesaikan situasi, Senin (11/4/2022).

"Setiap detik Anda memprotes di jalan, kami kehilangan dolar," tegasnya dikutip dari NDTV, Jumat (15/4/2022).

Dia pun seraya menambahkan bahwa setiap detik presiden dan pemerintah digunakan untuk menyelesaikan krisis ini.

 BACA JUGA:Sri Lanka Bangkrut Gagal Bayar Utang Rp732 Triliun, Minta Warganya di Luar Negeri Kirim Uang

Rajapaksa juga menuduh bahwa para pengunjuk rasa menghina pahlawan perang Sri Lanka yang berperang melawan pemberontak Macan Pembebasan untuk Tamil Eelam (LTTE), dan meminta pemuda negara itu untuk berhenti dari penghinaan.

"Kami mengakhiri perang dengan LTTE untuk tidak menempatkan orang-orang di negara ini dalam status ini, kami membangun jalan raya untuk tidak membuat orang mengantri. Kami membangun pelabuhan bukan untuk menghentikan kapal minyak di pelabuhan kami. Sampai kami menemukan dolar untuk membayar mereka. Kami akan melakukan segala upaya untuk mengatasi krisis ini," jelasnya

"Saya dan keluarga saya telah menerima lebih banyak penghinaan daripada siapa pun, tetapi kami dibumbui dengan penghinaan seperti itu. Tetapi putra dan putriku tersayang, tolong jangan ganggu para pahlawan perang yang menyelamatkan negara kita dari terorisme," tambahnya.

Dia juga menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan kembali subsidi pupuk kimia, yang dicabut tahun lalu, dalam upaya bencana yang membuat sektor pertanian Sri Lanka 100 persen organik.

"Ini bukan waktu yang tepat untuk memperkenalkan penggunaan pupuk karbon. Kami memutuskan untuk kembali menerapkan subsidi pupuk," katanya.

Dia menyebut meskipun semua partai yang diwakili di parlemen didesak untuk maju ke depan untuk menyelesaikan krisis di negara ini, tapi tidak ada yang berani.

Dia juga mengatakan bahwa krisis yang sedang berlangsung tidak akan diselesaikan dalam satu atau dua hari.

Dia menjelaskan bahwa pemerintah akan mengambil semua langkah untuk menyelesaikan krisis ini.

"Tanggung jawab kami melalui mandat rakyat adalah untuk memastikan bahwa keputusan diambil untuk tidak menghancurkan sistem pemerintahan demokratis di negara ini. Kami bekerja menuju tujuan itu," ungkapnya.

Dari data Daily Mirorr, pidato itu datang pada saat pemerintah menghadapi protes di seluruh dunia yang meminta PM dan oresiden untuk mundur karena situasi ekonomi yang memburuk di negara tersebut.

Warga Sri Lanka terus memprotes pemerintah saat negara itu menghadapi krisis ekonomi.

"Protes ini tidak akan berakhir sampai pemerintah ini dijatuhkan. Kami akan tinggal di sini selama berbulan-bulan, bertahun-tahun. Ini bukan tentang satu keluarga tetapi seluruh sistem yang korup," kata seorang pengunjuk rasa sebelum pidato.

Sebelumnya, di tengah krisis ekonomi yang sedang berlangsung di negara itu, sebelas sekutu koalisi pemerintah Sri Lanka dan kelompok independen mantan anggota parlemen partai yang berkuasa yang dipimpin oleh Anura Priyadarshana Yapa pada hari Jumat menulis kepada Presiden Rajapaksa meminta pemecatan Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa dan penunjukan kabinet baru di bawah PM baru.

Surat itu juga meminta presiden untuk bekerja dengan perdana menteri dan kabinet yang ditunjuk dan mengadakan pemilihan dalam waktu yang terbatas.

 BACA JUGA:Krisis Utang dan Inflasi, Sri Lanka di Ambang Kehancuran Ekonomi

Kini, Sri Lanka sedang berjuang melawan krisis ekonomi yang parah dengan kelangkaan makanan dan bahan bakar yang mengakibatkan protes besar-besaran atas penanganan pemerintah terhadap situasi tersebut.

Diketahui, setelah ekonomi anjlok karena pandemi Covid-19 menyebabkan sektor pariwisata hancur.

Sri Lanka juga menghadapi kekurangan devisa, yang mempengaruhi kapasitasnya untuk mengimpor makanan dan bahan bakar.

Kekurangan barang-barang penting memaksa Sri Lanka untuk mencari bantuan dari negara-negara sahabat.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement