JAKARTA – Petani sawit mengeluhkan peredaran pupuk palsu. Ketua DPD Apkasindo Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan, Mondes Sembiring menceritakan bagaimana saat ini para penjual pupuk palsu dengan harga murah di samping tidak adanya pupuk bersubsidi dari pemerintah.
Mondes mengatakan kejadian tersebut sudah banyak dialami oleh para petani sawit yang mencari pupuk murah karena mahalnya pupuk non subsidi milik pemerintah.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, menurut Mondes hal tersebut banyak terjadi ketika ongkos dan perawatan tanaman sawit yang tidak sepadan dengan jual buah perusahaan. Terlebih ketika adanya larangan ekspor CPO yang membuat harga buah sawit milik petani swadaya tersungkur di tanah.
"Sekarang itu sudah banyak penjual pupuk palsu, karena beli pupuk non subsidi itu mahal," ujar Mondes kepada MNC Portal, Selasa (17/5/2022).
Monder mengungkapkan pupuk palsu yang dijual itu memang memiliki harga yang lebih murah, bahkan harganya hampir sama dengan dan bisa lebih murah dari harga pupuk subsidi.
"Pupuk palsu itu ada yang batu bata lah di giling, atau kapur digiling, itu kan tidak ada efeknya ke tanaman," lajut Mondes.
Meski demikian menurutnya para petani ini tidak masalah jika tidak diberikan pupuk bersubsidi, asalkan harga sawit milik petani swadaya itu bisa memiliki harga yang normal. Misalnya sama dengan harga jual sawit milik petani perusahaan mitra yang mengacu pada Permentan Nomor 1/2018.
"Tidak tidak masalah harga pupuk non Subsidi itu mahal, kalau kondisi harga dan serapan ke perusahaan CPO itu normal," kata Modes.
Mondes menjelaskan saat ini buah sawit milik petani swasta itu hanya dihargai Rp1.000-2.000 rupiah per kilonya, sedangkan harga buah sawit milik petani mitra saat ini masih berada di kisaran Rp4.000 rupiah per kilonya.
Dari sisi serapan ke perusahaan CPO, adanya Permentan Nomor 1/2018 Mondes menganggap kebijakan pemerintah dengan lahirnya peraturan itu dianggap menganaktirikan petani swadaya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)