JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyatakan bahwa pembiayaan syariah bisa menjadi alternatif pendanaan kebijakan transisi energi. Apalagi, kebijakan transisi energi membutuhkan pembiayaan yang sangat besar.
Mengingat, transisi energi harus dilaksanakan untuk menekan emisi karbon yang dapat memperparah dampak perubahan iklim.
“Persoalannya, alokasi anggaran pemerintah untuk subsidi energi masih sangat besar demi menjaga daya beli masyarakat, terlebih ketika harga komoditas energi dunia meningkat. Maka, aspek pembiayaan tidak dapat dilepaskan dari pembahasan terkait kebijakan transisi energi,” ujar Wapres pada agenda Energy Transition Working Group (ETWG) G20 Seminar Series di Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Dalam menghadapi persoalan tersebut, Wapres menekankan pembiayaan dengan skema syariah untuk dapat dijadikan alternatif sumber dana transisi energi berkelanjutan.
“Salah satu kaidah dalam syariah adalah larangan perusakan di bumi. Pelestarian adalah salah satu tugas yang diemban manusia dalam kehidupan duniawinya. Oleh karena itu, transisi energi berkelanjutan sejalan dengan prinsip-prinsip syariah,” kata Wapres.
Wapres mengungkapkan, salah satu sumber pembiayaan syariah yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya adalah wakaf uang. Pada tahun 2018, Badan Wakaf Indonesia menyebutkan potensi wakaf uang di Indonesia mencapai Rp180 triliun per tahun.
“Dalam berbagai kesempatan saya menyampaikan bahwa dana wakaf seyogianya tidak hanya dimanfaatkan untuk aktivitas keagamaan, seperti pembangunan masjid, tetapi dapat pula digunakan dalam wujud lain yang menyangkut kemaslahatan umat manusia, bahkan keberlangsungan kehidupan di masa yang akan datang. Misalnya, pembiayaan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau investasi melalui sektor keuangan Islam yang profit atau imbal hasilnya dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan energi berkelanjutan,” paparnya.
Wapres juga menilai bahwa sukuk atau Islamic bonds memiliki potensi yang sangat besar sebagai instrumen penghimpunan dana dari masyarakat untuk pembiayaan transisi energi.
“Untuk itu, saya minta agar inovasi produk sukuk serta promosinya ditingkatkan sehingga masyarakat semakin berminat akan produk ini,” tegas Wapres.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia memerlukan sekitar US$1 triliun hingga 2060, untuk mendukung transisi menuju energi bersih.
“Untuk itu, kita terus menjalin kerja sama dengan negara-negara sahabat serta lembaga-lembaga keuangan internasional untuk menemukan inovasi mekanisme pendanaan dan memenuhi kebutuhan pembiayaan transisi energi,” ujar Arifin.
(Taufik Fajar)