JAKARTA - Harga bahan pangan yang saat ini naik disebut bisa berpengaruh terhadap daya beli.
Head of Agriculture dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Aditya Alta menilai,kenaikan harga pangan yang kini bergejolak tidak hanya berdampak positif bagi petani, namun juga bisa mempengaruhi daya beli.
”Kenaikan harga pangan belum tentu berdampak positif bagi pendapatan petani karena petani Indonesia rata-rata menguasai lahan yang kecil. Hampir 60% rumah tangga pertanian mengelola lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektare atau masuk dalam kategori gurem,” terang Aditya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/9/2022).
BACA JUGA:Harga BBM Naik, Pedagang Pasar Minta Jaminan Bansos Tepat Sasaran
Penelitian CIPS menyebutkan, sebanyak 2/3 petani di Indonesia adalah net food consumers yang artinya mereka mengonsumsi dan membeli pangan lebih banyak dari pada yang ditanam.
Untuk itu, harga pangan yang tinggi akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk membelinya.
Petani kecil menyumbang sekitar 90% dari produksi total beras di Indonesia. Berdasarkan data BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) pada Agustus 2022 adalah sebesar 106,31 atau naik 1,97% dibanding NTP bulan sebelumnya.
Namun demikian, jika dilihat lebih mendalam, NTP petani tanaman pangan hampir selalu mengalami defisit (<100), di mana sepanjang Januari-Agustus 2022 NTP petani tanaman pangan hanya sebesar 97,97.
Nilai ini merupakan penurunan dari NTP petani tanaman pangan sepanjang tahun 2021 yaitu 98,21.