Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

70% Subsidi BBM Tak Tepat Sasaran, Komisi VII: Orang Kaya Punya Mobil Tak Layak Dapat Bantuan

Shelma Rachmahyanti , Jurnalis-Rabu, 14 September 2022 |18:14 WIB
70% Subsidi BBM Tak Tepat Sasaran, Komisi VII: Orang Kaya Punya Mobil Tak Layak Dapat Bantuan
BLT BBM Cair Rp600.000. (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA - BLT BBM Rp300.000 untuk 2 bulan terus dicairkan pemerintah. Diharapkan adanya bantuan sosial (Bansos) dapat menjaga daya beli masyarakat.

Anggota Komisi VII Lamhot Sinaga mengatakan, kehadiran BLT bisa menjadi bantalan bagi masyarakat terhadap dampak penyesuaian harga BBM sehingga mampu menjaga daya beli masyarakat hingga inflasi tetap terjaga.

Pengalihan subsidi BBM ke BLT merupakan langkah yang adil bagi masyarakat yang kurang mampu. Sebab, subsidi BBM selama ini hampir 70% tidak tepat sasaran dan ini membuat APBN tidak sehat akibat membengkaknya anggaran subsidi.

Baca Juga: Pembatasan Beli Pertalite Belum Berjalan, Orang Kaya Masih Bisa Beli BBM Subsidi?

“Subsidi kita itu tidak tepat sasaran hampir 70%. Kita lihat coba misalnya Fortuner mengisi Pertalite, Innova mengisi Pertalite kan nggak layak dong saudara-saudara kita yang menggunakan sepeda motor, harusnya mereka dong yang layak mendapat subsidi dan orang yang sudah memiliki mobil seharusnya tidak perlu lagi dan sudah tidak layak mendapatkan subsidi,” kata Lamhot, Rabu (14/9/2022).

Menurut Lamhot, pihaknya menyadari betul jika ada kenaikan harga BBM maka akan berpengaruh pada inflasi karena daya beli masyarakat menurun, namun kekhawatiran tersebut kemudian diatasi oleh pemerintah lewat pengalihan subsidi dalam bentuk bantuan sosial dan BLT, hingga kebijakan tersebut mampu menjaga daya beli masyarakat dan Indonesia terhindar dari inflasi.

Baca Juga: Blok Masela Tak Kunjung Dibangun, Moeldoko Panggil ESDM dan SKK Migas

“Ya mau tidak mau karena setiap kenaikan 10% BBM itu akan ada inflasi 0,5% yang konsekuensinya adalah daya beli menurun. Maka ini jangka pendeknya ya pemerintah memberikan bantuan sosial supaya mereka punya kemampuan untuk daya belinya, sehingga daya beli masyarakat terjaga dan inflasi kita tetap terjaga,” ucap Lamhot.

Sementara itu. Pengamat Ekonomi Jaya Rosdiana Sijabat mengatakan, keputusan pemerintah mengalihkan subsidi BBM ke bantuan sosial dan BLT harus diterima, karena subsidi BBM sudah membengkak dan tidak baik untuk kesehatan APBN.

“Artinya apa, memang mau tidak mau, kita suka atau tidak suka, kita harus belajar menerima rasionalisasi harga BBM karena subsidi yang dikurangi, lalu sekarang pemerintah mengalokasikan yang seharusnya untuk kompensasi BBM ini dalam bentuk alih subsidi secara lebih tepat, kira-kira seperti itu,” ujar Rosdiana, Rabu (14/9).

“Tetapi kalau kita lihat misalnya pemerintah mengatakan ada pengalihan subsidi BBM yang seharusnya itu digunakan oleh pemerintah kemudian dalam bentuk bansos juga dalam bentuk pengeluaran-pengeluaran lain yang sifatnya lebih produktif misalnya salah satunya adalah subsidi gaji,” tambahnya.

Rosdiana meyakini bahwa bantuan sosial berupa BLT kepada masyarakat ini akan tepat sasaran asalkan data para penerima bantuan itu lengkap, baik lewat data NPWP ataupun BPJS.

“Untuk pekerja-pekerja yang punya gaji di bawah Rp3.500.000 tapi mereka berada di sektor yang terintegrasi dengan NPWP perpajakan, terintegrasi dengan BPJS misalkan mungkin itu bisa dengan mudah dan kalkulasi oleh pemerintah sehingga tepat sasaran kepada mereka,” ungkapnya.

Namun, Rosdiana mengingatkan Pemerintah bahwa masih banyak masyarakat yang bekerja pada sektor yang tidak terekam aktivitas pekerjaannya di administrasi kependudukan, dan administrasi keuangan sehingga agak susah untuk mendata mereka agar mendapat bantuan Pemerintah.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement