JAKARTA - Miliarder Amerika Serikat (AS), George Soros telah menyerahkan kerajaan keuangan dan lembaga amal miliknya senilai USD25 miliar setara Rp370 triliun kepada putranya, Alex.
Dilansir BBC di Jakarta, Rabu (14/6/2023), Alex merupakan lulusan sejarah berusia 37 tahun.
BACA JUGA:
Dia adalah anak keempat dari lima bersaudara.
Alex adalah satu-satunya anggota keluarga Soros yang duduk di komite investasi Soros Fund Management.
Alex mengambil alih Open Society Foundations (OSF) sebagai ketua pada Desember dan juga bertanggung jawab atas Super PAC ayahnya, yang merupakan mekanisme di AS untuk mengarahkan dana ke partai politik.
BACA JUGA:
Walaupun secara umum mereka memiliki pandangan politik yang sama, Alex mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa dia lebih politis daripada ayahnya.
Alex juga mengatakan akan berkampanye melawan upaya pencalonan Donald Trump yang menginginkan masa jabatan kedua sebagai presiden AS.
"Seingin-inginnya saya ingin mendapatkan uang dari politik, selama pihak lain melakukannya, kami juga harus melakukannya," kata Alex.
Diketahui, dia penggemar hip-hop dan tim sepak bola Amerika New York Jets, yang dikenal memiliki kehidupan sosial yang glamor. Dia diketahui kerap menghadiri pesta selebriti di Cannes dan Hamptons.
Dia juga telah melakukan perjalanan ke wilayah terpencil Amazon dan bergabung dengan dewan kelompok kampanye hak asasi manusia, Global Witness.
"Pihak kami harus lebih baik untuk menjadi lebih patriotik dan inklusif," katanya kepada surat kabar itu.
"Hanya karena seseorang memilih Trump bukan berarti mereka tersesat atau rasis," jawabnya.
Alex menyebut Open Society Foundations akan mengejar tujuan yang sama seperti saat dipimpin ayahnya.
Yayasan itu tetap mendukung kebebasan berbicara, reformasi peradilan pidana, hak minoritas dan pengungsi, serta mendukung politisi liberal.
Namun, dia juga ingin memasukkan inisiatif hak suara, aborsi, dan kesetaraan gender sambil mengejar agenda yang lebih berfokus pada AS.
Ayahnya, George Soros, lahir di Hungaria. Ketika masih anak-anak dia hidup dalam pendudukan Nazi pada 1944 hingga 1945.
Keluarganya menyembunyikan identitas Yahudi mereka untuk bertahan hidup.
Setelah perang Soros meninggalkan Hungaria menuju ke London. Kemudian dia pindah ke New York, di mana dia menghasilkan miliaran melalui hedge fund, sebuah sistem pengelolaan dana investasi atau dana lindung nilai.
Dia menjadi tenar di Inggris setelah menghasilkan USD1 miliar dengan bertaruh bahwa poundsterling akan jatuh pada 1992.
Ketika Tembok Berlin runtuh dan jalan bagi pembentukan pemerintahan demokratis di bekas blok Soviet terbuka, dia mendirikan Open Society Foundations (OSF) untuk mendukung proses tersebut.
OSF sekarang menghabiskan sekitar USD1,5 miliar per tahun untuk mendukung gerakan liberal, organisasi pendidikan, dan hak asasi manusia di lebih dari 120 negara.
Beberapa di antara tujuan tersebut membuat marah sayap kanan, termasuk mengatasi bias rasial dalam sistem peradilan AS.
OSF memindahkan kantor operasi internasionalnya dari Budapest ke Berlin pada 2018 setelah pemerintah Hungaria yang dipimpin oleh Viktor Orban secara eksplisit berkampanye menentang Soros secara pribadi dan menentang aksi yayasan.
(Zuhirna Wulan Dilla)