JAKARTA - Indonesia memiliki batik dengan beragam beserta maknanya. Salah satunya adalah batik motif kawung, yang dipercaya sudah ada sejak abad ke-9.
Motif Kawung ini terdapat pada arca Ganesha di Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur (850 Masehi). Dalam buku "Menelusuri Asal Usul Batik, Benang Merah antara Sejarah, Dongeng Panji hingga Hasil Riset Modern (2021)", oleh Adi Kusrianto, dikutip Selasa (20/6/2023), pada arca tersebut kain batik motif kawung terlihat jelas digunakan sebagai sarung oleh sosok Ganesha.
Berdasarkan catatan sejarah tersebut, terungkap motif Kawaung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo di Mataram (1593-1645). Batik kawung diciptakan dengan mengambil bahan-bahan alam atau hal-hal yang sederhana dan kemudian diangkat menjadi motif batik.
Motif Kawung diilhami oleh buah dari Pohon Aren atau pakem yang buahnya berbentuk lonjong berwarna putih jernih atau disebut kolang-kaling.
Corak kawung memiliki makna bahwa kehidupan ini akan Kembali kepada alam sawung. Maka di dalam tradisi motif ini dipakai sebagai penutup orang meninggal.
Namun di era kekinian, motif kawung tersebut mulai ditinggalkan. Fenomena ini terdeteksi oleh pengusaha batik Rolupat, Henny Christiningsih.
Awal mulanya, dia melihat usaha pembatik kawung di sekitarnya meredup. Sebab, segmen batik kawung sempit akibat corak kawung itu bermakna kosong hanya motif bundar-bundar saja dan "Kawung itu kalau buat orang zaman dulu untuk orang meninggal," ujarnya.
Henny merupakan pengusaha batik yang memiliki lebih dari 10 ribu binaan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik baik di Jabodetabek, Jawa Tengah hingga Timur. Henny adalah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI. Dana hasil KUR tersebut diputar oleh Henny untuk membeli batik-batik binaannya.
Dengan demikian, masalah pendanaan akibat konektivitas yang dihadapi pelaku UMKM skala kecil menengah mendapat solusi dari pembinaan dan pendanaan yang dikucurkan Henny.
"KUR dari BRI bunganya kecil. Saya sudah cek ke mana-mana, BRI paling kecil," tegas Henny.
Setelah memanfaatkan KUR BRI, Henny terus memaksimalkan output para UMKM. Dia pun memutar otak bagaimana caranya agar binaannya bertumbuh dan memiliki segmen market.
Dia pun menantang UMKM binaannya untuk mempercantik motif kawung dengan warna yang kekinian, bukan seperti warna pakem batik yang cenderung hitam, cokelat dan warna abu. Sebab, pada dasarnya motif batik kawung ini tidak lekang oleh zaman. Motifnya masuk pada segmen pembeli di setiap zaman, baik oleh pembeli dalam negeri maupun mancanegara.
Oleh sebab itu Henny mencetuskan desain kawung diperkaya dan diberikan warna yang bervariatif dan bersifat motif batik tiga dimensi, dengan demikian motif kawung tambah diminati oleh pembeli.
"Saya bilang sama pelaku UMKM binaan saya, 'Buat dong batik kawung dengan warna yang cerah, dimondernisasi'. Akhirnya dibuat, dipadukan motif tiga dimensi seperti ada laut, kuda laut dan karang-karang," ujarnya kepada Okezone.
Kemudian, para UMKM pembatik itu pun melakukan desain batik dengan sentuhan teknologi. Gambar ditata dengan sentuhan digitalisasi. Setelah dikurasi oleh Henny, lalu desain tersebut dituangkan kedalam cap batik dan dilanjut dengan produksi.
Berkat pembinaan Henny, motif batik kawung mulai tampil lebih atraktif dan mampu menembus pasar internasional.
Menurutnya, salah satu rahasia kesuksesannya dalam berusaha adalah harus memiliki sikap yang berani untuk melakukan inovasi agar produk menjadi terbaharui dan banyak variasi.
Henny pun kembali memesan kepada UMKM batik kawung binaanya menjadi kain yang penuh corak warna. Batik corak kawung yang klasik didominasi warna cokelat, kini tampil menjadi warna-warni, seperti biru, hijau dan kuning lembut.
"Saya senang melihat karya-karya budaya Indonesia manusia yang berdaya juang dan memiliki kreasi, saya suka. Dengan kreasi ini malah mampu membuka lapangan kerja baru. Jangan pernah takut. Hidup itu jangan ada yang ditakutin. Takut itu sama Tuhan. Kalau enggak berani mulai (membuat inovasi), bagimana kita bisa tahu jalannya," ujar ibu tiga anak ini.
Insting bisnisnya tidak meleset. Batik kawung warna warni sangat laris ketika dijajakan di pasar internasional, seperti Korea, Jepang, Hong Kong dan Amerika.
"Mereka memesan untuk dekorasi, seperti untuk meja makan. Ini kan motifnya bagus, di tempat mereka tidak ada batik. Jadi mereka sangat terkesan," ujarnya.
Setelah sukses membawa UMKM go international, Henny pun membocorkan rahasia suksesnya sebagai pengusaha.
Selain harus berani, menurutnya, dalam berbisnis itu harus melakukan beberapa persiapan.
1. Harus Memetakan Pasar
Dia mengungkapkan, sebagai pemula harus mempelajari terlebih dahulu siapa lawan atau kompetitor yang dihadapi.
2. Menghitung kisaran harga produk
Setelah memetakan kompetitor, para pemula harus bisa menilai produknya. Cek harga kompetitor dan hitung berapa nilai yang tepat bagi produk kamu.
"Kalau mau dagang, jangan jual mahal. Jual dengan harga yang kira-kira untung saja dahulu, kan baru tahap awal mencari pasar," ungkapnya.
3. Produk Memiliki Nilai Tambah
Misalkan berjualan barang konveksi, maka yang dibutuhkan adalah kualitas bahan yang bagus. Sehingga ada nilai tambah pada produk.
"Misalkan, pada bahan mengandung antibakteri. Itu kalau jualan produk baju pelu bahan mengandung antibakteri," imbuh Henny.
4. Kuasai Pasar 20%, Baru Naikkan Harga
Jika sudah berjalan dan sudah memiliki segmen, maka kuasi 20 persen pasar.
"Kalau pasar sudah ada kan sudah ada pembeli yang loyal, baru tingkatkan sedikit harga. Ketika kuasai pasar 20%, baru kamu naikan," ujarnya.
5. UMKM Go Digital
Perkembangan teknologi membuat pelaku UMKM harus beradaptasi dengan zaman. Salah satunya, membuat website agar produk bisa dijajakan secara online sehingga menembus ruang dan waktu.
Untuk itu, Henny menyarankan agar penjualan dilakukan online melalui platform e-commerce. Tidak hanya itu, dia juga melakukan pendekatan pasar dengan membuka akun media sosial seperti Instagram dan Tiktok.
"Kita juga berjualan secara online dan live. Saat ini UMKM go digital itu sebuah kebutuhan. Kita harus membaca perubahan perilaku pembeli," tegasnya.
6. Kunci Berjualan
Menurutnya, dari semua tahapan menjual pakaian maka hal yang terpenting adalah daya beli.
"Karena ini kunci," tegas Henny.
Dia menasehati, jika hendak berbisnis retail maka pelaku usaha harus bersabar. Sebab bisnis retail tidak bisa instan.
"Kembangkan saja sedikit demi sedikit. Semua ada prosesnya," Henny menyarankan.
(Rani Hardjanti)