Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Satu Dekade Presiden Jokowi: Rasakan Segudang Manfaat KIS, Masyarakat Ingin Program Dilanjutkan

Binti Mufarida , Jurnalis-Senin, 14 Oktober 2024 |11:54 WIB
Satu Dekade Presiden Jokowi: Rasakan Segudang Manfaat KIS, Masyarakat Ingin Program Dilanjutkan
Satu Dekade Jokowi: Rasakan Segudang Manfaat KIS, Masyarakat Ingin Program Dilanjutkan (Foto: Jokowi/BPMI)
A
A
A

JAKARTA - Masyarakat merasakan segudang manfaat Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Masyarakat ingin program KIS dilanjutkan.

Tercatat, hingga 31 Desember 2023, sebanyak 267 jiwa atau 95 persen dari total penduduk Indonesia menjadi peserta JKN-KIS.

Presiden Jokowi menyoroti faktor yang membuat BPJS Kesehatan dapat berjalan dengan baik di Indonesia dibandingkan dengan sistem kesehatan di Amerika Serikat (AS).

"Di sini menurut saya pertama, ada rujukan puskesmas. Di Amerika nggak ada puskesmas, langsung ke rumah sakit sehingga beban semuanya langsung ke rumah sakit. Di sini masih ditahan di puskesmas, baru kalau (sakit) yang berat masuk ke rumah sakit," ucap Presiden Jokowi saat melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking Gedung BPJS Kesehatan di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024.

Sejak awal, KIS yang diluncurkan pada 3 November 2014 sebagai realisasi janji kampanye itu telah menjadi perhatian khusus Presiden Jokowi untuk masyarakat Indonesia agar semakin mudah mengakses layanan kesehatan.

"Kita harus bekerja keras untuk memastikan distribusi Kartu Indonesia Sehat bisa lebih merata sehingga seluruh warga bisa mendapatkan akses di bidang kesehatan serta memastikan rakyat yang sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan berkualitas," ujar Jokowi, dikutip dari laman setneg.go.id.

Tidak lupa, Jokowi mengajak pemerintah daerah bersinergi dan berperan aktif dalam upaya pemerintah untuk memenuhi salah satu kebutuhan mendasar rakyat Indonesia, yakni jaminan dan pelayanan kesehatan. Tak segan Jokowi memberikan peringatan dan sanksi kepada rumah sakit yang memungut biaya bagi masyarakat pemegang KIS saat ingin mengakses layanan kesehatan.

"Kalau ada rumah sakit yang memungut bayar ini akan saya cek bisa saya copot kepala rumah sakitnya, bisa dokternya. Karena itu, sebenarnya juga bayar tapi yang bayar pemerintah," kata Jokowi ketika membagikan KIS di Terminal Soasio, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, pada 6 April 2016.

Jokowi berkali-kali berpesan kepada jajarannya agar tidak mempersulit masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan, khususnya bagi pemegang KIS. "Nah ini yang paling penting. Saya sebetulnya cuma dua, rakyat itu kalau ingin mendapatkan pelayanan kesehatan jangan dihambat. Yang kedua, rakyat kalau ingin mendapatkan pelayanan kesehatan juga jangan dipersulit. Saya hanya minta itu saja, kok," katanya.

Bahkan, ketika pandemi Covid-19 pelayanan KIS pun tetap maksimal untuk masyarakat kurang mampu. Apalagi, pandemi Covid-19 telah merusak tatanan kesehatan tak hanya Indonesia, tetapi juga dunia. Pemerintah kala itu pun melakukan pengembangan layanan kesehatan, salah satunya lewat digital sehingga akses layanan kesehatan tetap terjangkau masyarakat.

Infografis Covid-19 

Jokowi pun acap kali menggelar silaturahmi dengan para penerima bantuan program KIS. Dia selalu memastikan bahwa seluruh masyarakat sudah tercover atau terlindungi di dalam program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai mandatory dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Misal, Jokowi bertemu penerima manfaat di Graha Larasati, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, 23 Januari 2024.

"Saya ingin bertemu dengan Bapak, Ibu sekalian hanya ingin memastikan bahwa KIS itu sangat berguna, BPJS itu sangat berguna bagi rakyat kita. Itu yang ingin saya sampaikan, yang ingin saya ketahui. Saya senang tadi semuanya sudah menyampaikan blak-blakan, karena tadi saya tunjuk secara acak, untuk memastikan bahwa Kartu Indonesia Sehat, BPJS itu betul-betul bermanfaat untuk seluruh masyarakat," ucap Jokowi.

Jokowi hingga menjelang purna tugasnya sebagai Presiden selama 10 tahun itu pun terus memastikan kebermanfaatan dari program KIS agar masyarakat bisa berkunjung ke rumah sakit dan puskesmas.

KIS 

Bahkan, dalam pidatonya pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI di Gedung Nusantara, Jakarta, pada Jumat, 16 Agustus 2024 dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia, Jokowi mengatakan bahwa negara telah menggelontorkan anggaran Rp361 triliun untuk program KIS.

"Rp361 triliun anggaran Kartu Indonesia Sehat (KIS) selama sepuluh tahun ini telah digunakan untuk membiayai layanan kesehatan lebih dari 92 juta peserta Jaminan Kesehatan nasional (JKN) per tahun, mulai usia dini sampai lansia yang tersebar di seluruh Indonesia," kata Jokowi.

 

Masyarakat Penerima Manfaat KIS Ingin Program Dilanjutkan

Data cakupan kesepesertaan JKN per 31 Desember 2023, dari 279.188.866 total penduduk Indonesia, sebanyak 267.311.566 jiwa di antaranya sudah terdaftar. Artinya, negara menjamin perawatan kesehatan sampai sembuh bagi 95 persen penduduk Indonesia.

Masyarakat penerima KIS pun merasakan manfaat dari layanan kesehatan secara gratis yang diberikan oleh pemerintah. Nisal, Rina Ery Maryanti yang hadir dalam silaturahmi bersama Jokowi di Taman Budaya Gunungkidul, Yogyakarta pada 30 Januari 2024. Rina yang merupakan warga asal Kecamatan Wonosari, merasa sangat terbantu dengan hadirnya KIS. Tak hanya diri Rina, keluarganya pun terbantu dan terlayani dengan baik.

"Saya dan keluarga terbantu sekali. Pengobatan mulai dari kakek saya waktu itu di rumah sakit juga sudah menggunakan BPJS. Ibu saya juga. Terus waktu saya hamil sampai melahirkan juga di rumah sakit menggunakan BPJS. Imunisasi lengkap untuk anak balita saya yang sekarang juga sudah menggunakan BPJS," ungkapnya.

Dia merasa pelayanan dari BPJS Kesehatan yang diterima sangat memuaskan. Dia pun berharap agar program jaminan sosial kesehatan bisa terus dilanjutkan untuk menjamin kesehatan masyarakat Indonesia. "Saya mohon untuk Bapak Jokowi untuk melanjutkan semua programnya kemarin dilanjutkan lagi saja, karena itu sangat membantu masyarakat Indonesia mulai dari BPJS Kesehatan, PKH, juga jaminan pendidikan untuk anak-anak," jelas Rina.

 KIS

Suprihono, warga lainnya, juga merasakan manfaat besar KIS, utamanya untuk pengobatan cuci darah. Bahkan, dia mengaku telah 14 tahun melakukan cuci darah. "Alhamdulillah, saya dari awal sebelum sakit saya sudah dibikinin KIS. Jadi saya dari awal sampai sekarang belum pernah pakai uang," ucapnya.

Dia pun berharap program KIS bisa dilanjutkan, terutama untuk membantu masyarakat kurang mampu. Selain itu, ia juga berharap agar bantuan sosial lainnya juga tetap ada. "Menurut saya harus dilanjutkan karena untuk rakyat yang miskin-miskin ini butuh sekali BPJS Kesehatan, termasuk kebutuhan pokok sembako untuk rakyat miskin," tandasnya.

Sagitarini, warga lainnya, juga merasakan mudahnya mendapatkan layanan pengobatan secara gratis melalui KIS. Selain pernah menggunakannya untuk rawat inap saat sakit, dia juga memanfaatkan KIS untuk membiayai persalinan. "Alhamdulillah, banyak sekali ya, dari sakit misalnya opname-opname gitu. Terus kemarin baru saja operasi caesar untuk melahirkan anak tercover BPJS, alhamdulilah untuk anak juga langsung tercover juga oleh BPJS," ungkap Sagitarini.

Sagitarini menyampaikan apresiasi atas program KIS. Dia berharap program tersebut bisa terus berlanjut. Dia juga berharap masyarakat Indonesia makin sehat, maju, dan kemiskinan bisa terentaskan. "Saya menyampaikan sangat terima kasih dan bangga karena rakyat kecil seperti saya benar-benar merasakan efek BPJS ini, keuntungan menggunakan BPJS ini," katanya.

Penerima manfaat KIS lainnya yang hadir silaturahmi bersama Jokowi di GOR Asber Nasution, Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatra Utara, pada 7 Februari 2024 bernama Farida Nasution mengaku sudah merasakan langsung manfaat KIS. Saat berdialog bersama Jokowi, Farida mengungkapkan pengalamannya dioperasi secara gratis karena menggunakan fasilitas KIS.

"Saya pernah operasi kelenjar getah bening di leher. Saya di Rumah Sakit Pamela. Tidak ada dipungut biaya sama sekali," ungkap Farida.

 Jokowi

Sumiati, warga Tebing Tinggi lainnya, juga merasakan manfaat serupa. Kepada Jokowi, dia menuturkan pengalamannya memeriksa matanya yang minus. "Cek mata kemudian minus. Cek kesehatan di rumah sakit kemudian disuruh ambil (kacamata) di optik. Enggak ada bayar," ucap Sumiati.

 

Kisah Pasien Bronkitis dan Kanker Tertolong Kartu KIS

Satu dekade pemerintahan Presiden Joko Widodo, telah menghasilkan sejumlah program kebijakan yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat, yang juga persyaratan dan pengurusannya dipandang mudah.

Manfaat program KIS selama satu dekade pemerintahan Presiden Jokowi itu pun ditanggapi positif oleh masyarakat. Terutama dari kalangan generasi muda yakni milenial dan Gen Z, yang berharap program unggulan Presiden Jokowi itu dapat dilanjutkan ke depannya.

Salah satu pemuda asal Jatirahayu, Kota Bekasi, Zuhrifal (23) mengaku berterima kasih karena sudah memiliki KIS sejak usia 17 tahun. Dirinya yang kala itu hendak lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merasa terbantu ketika berobat terutama karena dirinya belum memiliki penghasilan.

"KIS ini membantu banget, dulu pas mau lulus SMK, saya sempat kena gejala flek paru-paru. Untungnya punya KIS karena dibuatin sama keluarga di rumah, jadinya biaya berobat gratis," kata pemuda yang akrab disapa Rifal, Jumat (4/9/2024).

Rifal menuturkan jika dirinya tidak memiliki kartu KIS, rawat jalan intensif selama enam bulan, dirinya beserta keluarga bisa merogoh kocek hingga belasan juta rupiah. Dia mengaku sempat terkejut saat dirujuk oleh Puskesmas Jatirahayu, awalnya didiagnosa mengidap Bronkitis, ketika diperiksakan di Rumah Sakit Ana di daerah Galaksi Bekasi, baru lah diketahui dirinya mengidap gejala flek paru-paru.

"Jadi saat diduga Bronkitis, saya diberikan obat untuk perawatan dari Puskesmas. Nah kalau istilahnya itu batuk 100 hari, selama itu minum obat dulu, kalau belum sembuh baru diperiksa ke Rumah Sakit," terang Rifal.

"Tetapi karena tidak sabar karena batuk terus, makanya saya minta rujukan ke Rumah Sakit Ana Bekasi, baru deh ketahuan kena flek. Cuman semuanya gratis, dari periksa, obat yang diminum, semuanya deh, saya kebantu banget jadinya," sambung Rifal.

Meski kini status KIS sudah ditingkatkan menjadi berbayar, Rifal mengaku bersyukur memiliki jaminan kesehatan gratis dari pemerintah tersebut. Kini dirinya yang telah menjadi karyawan di sebuah bengkel otomotif, juga merasa teringankan ketika hendak berobat.

"Pokoknya KIS itu membantu banget saat saya belum bekerja. Sekarang pun sudah diupgrade jadi BPJS berbayar, tetapi program itu juga memudahkan saya kalau mau berobat, jadi ga was-was soal biaya berobat," tegas Rifal.

Lebih lanjut, seorang karyawan asal Pondok Gede, Wahyu Ari Wibowo (30), mengatakan dirinya sempat mendapatkan KIS ketika masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Lantaran anggota keluarganya terbilang banyak, Wahyu mengatakan saat itu dirinya ikut mendaftar KIS karena adanya tawaran dari pengurus RT setempat secara kolektif.

"Dulu punya KIS pas tahun 2018-an, usia 22 lah. Tapi sekarang sudah diupgrade jadi BPJS karena tawaran dari kantor. KIS itu membantu sekali terutama saat itu almarhum saya sempat dirawat selama tiga tahun karena kanker hati," ungkap Wahyu.

Wahyu mengulas pengalaman mendiang ayahnya ketika berobat saat didiagnosa mengidap kanker hati pada tahun 2020. Selama tiga tahun, Wahyu mengatakan biaya pengobatan ayahnya tersebut, jika tidak ditanggung KIS, bisa mencapai ratusan juta rupiah.

"Ayah saya itu diperiksa di Puskesmas Kanaya, daerah Pondok Gede, saat itu diduga karena gejala Maag akut. Setelah itu dirujuk ke Rumah Sakit Haji. Dirujuk kesana karena kebetulan domisili rumah saya lebih dekat ke Jakarta Timur," terang Wahyu.

Setelah dirawat selama dua minggu di RS Haji, Wahyu mengatakan ayahnya pun dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati, Pondok Labu, karena dibutuhkannya alat medis pemeriksaan yang lebih lengkap. Sembari menunggu hasil dan dirawat di RS Fatmawati selama seminggu, Wahyu melanjutkan, mendiang ayahnya dipindahkan ke Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat, dikarenakan kondisi kanker hati yang baru diketahui sudah kronis.

"Jadi total dirawat selama tiga tahun untuk mendiang ayah saya. Kalau tidak pakai KIS, biayanya bisa ratusan juta rupiah. Soalnya ada kakak sepupu saya sebelumnya juga dirawat karena kanker otak, tetapi tidak sampai setahun itu bisa kena Rp200 juta. Bagaimana biaya almarhum bapak saya kan," tutur Wahyu.

Sementara untuk dirinya secara pribadi, Wahyu mengatakan baru menggunakan KIS saat hendak memeriksakan kondisi matanya yang rabun jauh. Ia mengaku, KIS tersebut membantunya saat menjadi mahasiswa ketika memerlukan rujukan pemeriksaan mata dan membeli kacamata.

"Dulu sempat pakai KIS buat periksa mata minus. Kemudian saya dapat diskon membeli kacamata yang sesuai harganya, saya lagi itu harganya Rp800 ribu jadi dapat diskon 50%, keren banget lah," katanya.

Oleh karena itu, Wahyu mengatakan dirinya berharap program KIS dan BPJS dapat dilanjutkan di pemerintahan selanjutnya. Selain membantu meringankan bahkan hingga gratis perihal biaya pengobatan, Wahyu menandaskan pengurusan persyaratan serta pendaftaran KIS tergolong mudah.

"Saya harap KIS ini dilanjutkan, apalagi pengurusan daftarnya juga mudah. Tapi mungkin ke depannya sosialisasi daftarnya ditingkatkan karena masih banyak warga yang belum paham sehingga sudah berpikir ngurusnya ribet," terang Wahyu.

Senada, pemuda asal Jatiwaringin, Raufan (19) mengaku terbantu dengan memiliki KIS. Pemuda yang berdomisili di dekat Universitas Asy-Syafiiyah Jatiwaringin ini mengaku mendaftar KIS karena menjadi syarat pendaftaran ke Akademi Militer (Akmil).

"Saya baru daftar KIS karena mau masuk ke Akmil TNI Angkatan Darat, saat itu tahun 2023. KIS ini jadi persyaratan wajib karena ketentuan pendaftaran di Akmil," jelas Raufan.

Raufan mengungkapkan dirinya mendaftar KIS melalui bantuan orang tuanya saat itu. Dia mengatakan, kepengurusan pendaftaran Akmil itu cukup banyak sehingga memerlukan bantuan orang terdekat dari keluarga.

Lebih lanjut, Ia menuturkan meski belum berhasil lolos masuk Akmil, KIS tersebut dipandangnya positif karena tawaran jaminan kesehatan dan asuransi yang ditawarkannya.

"Yang saya tahu kenapa KIS ini menjadi syarat masuk Akmil karena diperlukan jika semisal nanti setelah lolos tes, setiap taruna itu dijamin keselamatan dan kesehatannya ketika latihan. Atau misalkan nanti ketika sudah lulus dari Akmil, KIS juga bisa menjadi jaminan ketika kecelakaan dalam perang," ungkap Raufan.

Atas hal tersebut, Raufan mengaku bersyukur telah memiliki KIS. Meski saat ini belum bekerja karena masih mempersiapkan pendaftaran Akmil berikutnya, Raufan mengatakan pemeriksaan kesehatan untuk persiapan tes pun menjadi gratis berkat KIS.

"Saya pakai KIS ini juga bisa dipakai buat pemeriksaan kesehatan untuk syarat pendaftaran Akmil. Saya periksa gigi, pembuatan surat keterangan sehat dan lainnya sebelum tes, itu benar-benar dicover semuanya secara gratis," jelas Raufan.

Selain itu, Raufan juga sempat menggunakan KIS ketika mengalami demam. Dia melakukan pemeriksaan di Puskesmas kelurahan Pondok Gede, diakuinya hanya dengan tanda tangan saja.

"Pernah pas sakit demam, dari mulai periksa dengan dokter, diberikan obat dan macam-macamnya, cuma dengan tanda tangan saja, sudah rampung semuanya. Gratis pula, prosesnya cepat banget," tutur Raufan.

Maka dari itu, Raufan sebagai generasi muda dari Gen Z, mengatakan program KIS tersebut harus tetap dilanjutkan. Ia bahkan mengatakan dengan KIS maupun BPJS, banyak anggota keluarganya yang sudah terbantu untuk rawat inap dan pengobatannya.

"Program KIS ini bagus banget. Keluarga saya banyak yang terbantu juga, positif lah. Dulu ibu saya juga sempat dirawat karena demam berdarah selama dua minggu di Rumah Sakit Harum Kalimalang, terbantu gratis full. Kalau tidak gratis, bisa kena Rp15 juta biayanya," tegas Raufan.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement