Gen Z selalu memprioritaskan nilai inklusivitas, fleksibilitas, dan pekerjaan yang digerakkan oleh adanya tujuan, yang justru berbanding terbalik dibandingkan dengan generasi lainnya. Sehingga, terkadang berbenturan dengan nilai-nilai tradisional di tempat kerja seperti hirarki dan stabilitas.
Konflik muncul Ketika nilai-nilai yang berbeda ini berdampak pada produktivitas kerja. Gen Z secara konsisten berjuang untuk mendapatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Akibatnya, kurangnya fleksibilitas dari pimpinan dalam mengakomodasi kebutuhan mereka dapan menyebabkan ketidakpuasan bekerja.
Banyak pekerja Gen Z yang memasuki dunia kerja dengan ekspektasi tinggi untuk mendapatkan pekerjaan dan kemajuan karrier. Namun, mereka akhirnya menghadapi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Penelitian menunjukkan bahwa 1 dari 4 karyawan Gen Z tidak bahagia di tempat kerjanya, dan 20% sudah mempertimbangkan untuk berhenti kerja. Survei McKinsey & Company tahun 2022 juga menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung menjadi wiraswasta atau memiliki banyak pekerjaan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih tua.
(Feby Novalius)