JAKARTA - Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (ITM), Kemenhub, Risal Wasal mengatakan pengeluaran biaya transportasi perkotaan masyarakat masih tergolong tinggi dan dibawah standar internasional.
Risal mengatakan, biaya transportasi di sejumlah kota di Indonesia berkontribusi terhadap sekitar 12,46 persen dari total biaya hidup (hasil survey BPS).
Padahal pengeluaran ideal untuk biaya transportasi menurut world bank paling tinggi 10 persen.
"Rata-rata total biaya (transportasi) yang dikeluarkan warga Jakarta itu Rp 1,59 juta per bulan (11,82 persen dari total pengeluaran)," ujarnya dalam acara integrasi transportasi di sektor darat, perkeretaapian, udara, dan laut di kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Jakarta, Kamis (31/7/2025).
Risal mengungkapkan masyarakat Bekasi paling besar mengeluarkan uang untuk biaya transportasi harian sekitar Rp1,9 juta perbulan atau setara 14,02 persen dari total biaya hidup.
Kemudian warga Depok tercatat menjadi kota dengan biaya transportasi tertinggi secara persentase yakni sebesar Rp1,8 juta per bulan atau 16,32 persen dan Surabaya dengan Rp1,6 juta per bulan atau 13,71 persen.
"Papua juga tinggi (Rp1,1 juta per bulan), Surabaya ternyata lebih tinggi daripada Jakarta, ini yang kita kaji," kata Risal.
Meski demikian, pengeluaran masyarakat yang cukup besar untuk biaya transportasi ini memang masih di dominasi oleh penggunaan ojek online.
"Saat ini teman-teman misal naik kereta api, keretanya (KRL) murah Rp 3.500 sampai Rp 6.000, tapi first milenya Ojol itu Rp25 ribu, parkirnya Rp 10 ribu, ini yang kita akan pelajari agar kita bisa mereduksi biaya perjalanan masyarakat," kata Risal.
Risal berharap integrasi antarmoda dapat menjadi jawaban dalam mendorong peningkatan penggunaan transportasi umum.
Risal menyampaikan pemerintah berupaya meningkatkan jumlah sarana dan prasarana transportasi umum yang terintegrasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Ini juga bertujuan meningkatkan indeks kualitas hidup (IKH) kita, untuk Jakarta (IKH) itu 90 (peringkat 249). Untuk posisi kemacetan kita ternyata masih di bawah Hanoi. Ini yang agak menyedihkan dan akan kita kejar untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum," pungkasnya.
(Taufik Fajar)