JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi buka suara soal kelangkaan beras premium yang mulai dirasakan di sejumlah ritel modern. Ia pun meminta para penggilingan padi agar stok segera disalurkan.
"Badan Pangan Nasional bersama Satgas Pangan Polri meminta penggiling padi untuk dapat tetap memproduksi beras dan menyuplai ke pasar tradisional dan pasar modern dengan menepati syarat mutu seperti yang tertera pada label kemasan," ujarnya, dikutip Kamis (21/08/2025).
Dia mengimbau seluruh pelaku usaha, dari penggilingan hingga pedagang beras, untuk terus berproduksi dan mendistribusikan beras sesuai standar mutu yang berlaku.
Arief juga memastikan bahwa pelaku usaha yang mematuhi aturan akan mendapatkan perlindungan dari pemerintah.
Seperti diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi beras mulai mengalami peningkatan sejak Mei 2025. Inflasi bulanan beras tercatat sebesar 0,20 persen pada Mei, naik menjadi 1,35 persen pada Juli.
Angka ini merupakan yang tertinggi sepanjang 2025, meski masih lebih rendah dibandingkan rekor tahun 2024 yang mencapai 5,32 persen.
"Untuk itu, pemerintah mengajak penggilingan padi dan pengusaha beras tidak ada yang melakukan penarikan atau menahan stok yang ada. Tetap saja menjual secara konsisten, tapi harganya harus sesuai dengan syarat mutu dan ketentuan yang berlaku," sambungnya.
Dia juga menyoroti pentingnya kesesuaian antara mutu beras dan kemasan. Jika beras dijual dalam bentuk curah, maka kualitasnya tetap harus sesuai standar, meskipun harganya lebih rendah karena tanpa kemasan.
"Karena salah satu komponen harga dari sebuah beras yang di packaging adalah di kemasannya. Jadi harganya memang bisa lebih murah, misalnya Rp 14.900 berarti harganya mungkin bisa jadi Rp 14.500-Rp14.600 dengan tanpa packaging. Masyarakat sebagai konsumen perlu paham bahwa packaging dan label itu juga penting terhadap suatu produk," jelasnya
(Taufik Fajar)