JAKARTA - Indeks tingkat kepercayaan konsumen (consumer confidence index) di Indonesia hingga kuartal III-2010 ini disebutkan sebesar 115. Meski turun satu poin dari kuartal I yang sebesar 116, indeks kepercayaan konsumen hingga September 2010 ini dinilai tetap menunjukkan keoptimisan konsumen.
Namun, secara global tingkat kepercayaan konsumen disebutkan menurun tiga poin menjadi 90. Dengan demikian, hal tersebut mengindikasikan hilangnya harapan konsumen di beberapa negara akan terjadinya perbaikan ekonomi.
Demikian disampaikan Managing Director the Nielsen Company Indonesia Catherine Eddy dalam keterangan tertulisnya yang diterima wartawan pada Kamis (28/10/2010) di Jakarta.
"Secara global, berita positif dan konsisten tidak cukup banyak untuk mempertahankan outlook positif yang ditunjukkan konsumen di awal tahun. Sementara di Asia Pasifik justru terjadi sebaliknya," tutur Eddy.
Berlawanan dengan pasar global, lanjutnya, konsumen di 14 negara Asia Pasifik menyebutkan masih optimis dengan tingkat kepercayaan delapan negara meningkat, yakni India (129), Thailand (117), Australia (118), Filiphina (114), dan Singapura (113).
Perlu diketahui, tingkat kepercayaan konsumen di atas maupun di bawah 100 itu menunjukkan derajat optimisme dan pesimisme konsumen. Nilai 90 merefleksikan kenyataan bahwa sebagian besar konsumen di 53 negara tetap pesimis tentang prospek pekerjaan, keuangan pribadi, dan kemampuan membeli barang di tahun mendatang.
Dia menjelaskan, persepsi akan prospek pekerjaan menunjukkan tanda positif di sebagian besar negara Asia Pasifik, terutama di Thailand dan Singapura di mana lebih dari 75 persennya percaya bahwa prospek pekerjaan bagus.
"Untuk Indonesia, hanya 61 persen merasa bahwa prospek pekerjaan bagus, turun dari 70 persen pada awal tahun," imbuhnya.
Sementara, dari 81 persen orang yang disurvei secara online oleh Nielsen menyebutkan keadaan keuangan pribadi mereka pada tahun mendatang bagus, naik empat persen dari awal tahun.
Tidak hanya itu, katanya, lebih setengah pengguna online di Indonesia berpikir bahwa 12 bulan ke depan merupakan saat yang baik untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Dibandingkan dengan kuartal pertama yang menurutnya hanya sebesar 46 persen.