JAKARTA - Obligasi korporasi yang diterbitkan sektor swasta semakin diburu investor seiring makin tingginya kekhawatiran investor akan obligasi yang ditawarkan oleh pemerintah.
Tren ini bisa menjadi alternatif pembiayaan bagi sektor swasta untuk mengantisipasi dampak krisis yang masuk ke sektor keuangan dan perbankan.
Bank Indonesia (BI) mencatat, dalam dua bulan terakhir, minat investor asing atas obligasi yang ditawarkan korporasi semakin tinggi. Salah satu faktor yang mendorong tingginya minat investor asing memburu obligasi korporasi adalah tingkat imbal hasil (yield) yang tinggi dibandingkan yield obligasi pemerintah.
"Yield obligasi korporasi delapan sampai sembilan persen, sedangkan yield obligasi pemerintah 6,4 persen, sehingga obligasi korporasi jadi incaran. Demand (permintaan) untuk membeli obligasi koorporasi sangat tinggi,” ungkap Direktur Riset dan Kebijakan Ekonomi Moneter BI Perry Warjiyo dalam diskusi bertajuk “Menakar Panas Dingin Krisis Ekonomi Global 2012”, di Jakarta, Sabtu (26/11/2011).
Dia mengatakan, minat investor asing untuk membeli obligasi pemerintah justru menurun. Hal ini terlihat dari kegagalan Jerman mencapai target penjualan obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang hanya mampu terjual 3,6 miliar euro dari target enam miliar euro.
Untuk obligasi Indonesia, dinilai masih cukup diminati. Salah satu indikatornya adalah tingginya minat investor membeli sukuk global USD1 miliar yang melebihi target.
Perry menjelaskan, dari gambaran tersebut, pihaknya mendorong sektpor swasta untuk memperbanyak penerbitan obligasi sebagai alternatif pembiayaan untuk ekspansi bisnis korporasi. Sebab, skema pembiayaan yang selama ini ditempuh swasta dengan melakukan pinjaman terhadap perbankan asing dan luar negeri, dikhawatirkan menggangu sistem keuangan nasional.
Tingginya ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia, berpotensi mengganggu likuiditas perbankan, khususnya di Eropa yang kini mengalami kekeringan likuiditas.
“Yang perlu dicermati jika guncangan di Eropa makin kencang, perbankan di sana kolaps, maka kemungkinan mereka tidak akan mampu memperpanjang utang swasta kita. Jadi harus ada diversifikasi pembiayaan mereka,” jelasnya.
Penerbitan obligasi merupakan salah satu alternatifnya selain mengalihkan pembiayaan ke perbankan dalam negeri.