JAKARTA - Harga obligasi domestik turun akibat imbas dari kecemasan pelaku pasar terkait rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dapat berdampak pada inflasi di tengah rendahnya suku bunga acuan (BI Rate).
Dikutip dari keterangan tertulis Indonesia Bonds Pricing Agency (IBPA), di Jakarta, Kamis (8/3/2012), selain dua sentimen tersebut penurunan harga obligasi domestik diperkirakan masih terpengaruh tingginya risiko berinvestasi di pasar domestik.
Namun, sentimen positif masih ada yang datangnya dari pasar global yaitu meningkatnya lapangan kerja di AS dan banyaknya investor yang menandatangani debt swap Yunani. Dua sentimen ini diperkirakan dapat memperkuat harga obligasi dalam jangka pendek.
Lebih jauh dijelaskan, sejak awal pekan kurva indeks perdagangan obligasi IBPA terus memperlihatkan pola bearish di sepanjang tenor, mulai perdagangan kemarin kurva yield mulai menunjukkan tekanan turun untuk tenor pendek. Namun, tekanan naik masih mewarnai tenor menengah dan tenor panjang.
Rata-rata yield di obligasi bertenor pendek 1-4 tahun mulai mengalami penurunan sebesar minus 4,1 basis points (bps), sementara rata-rata yield untuk tenor menengah dan tenor panjang justru mengalami kenaikan masing-masing sebesar 3,1 bps dan 7,8 bps.
Penurunan yield di tenor pendek juga sepertinya belum sanggup membuat harga Surat Utang Negara (SUN) benchmark menguat. SUN Seri FR0058 masih bertahan menjadi seri teraktif dari obligasi pemerintah dengan volume mencapai Rp915 miliar dan 89 transaksi.
(Widi Agustian)