Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Baru Indonesia yang Setop Sapi AS

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Jum'at, 27 April 2012 |09:17 WIB
Baru Indonesia yang Setop Sapi AS
Ilustrasi. (Foto: Corbis)
A
A
A

JAKARTA - Wabah penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) atau yang lebih dikenal dengan nama sapi gila telah menginfeksi sapi perah di Amerika Serikat (AS). Untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia telah melakukan embargo sapi asal AS.

Menurut juru bicara Kedutaan AS, Troy Pederson, saat ini baru Indonesia yang menerapkan embargo sapi asal AS tersebut. "Sampai sekarang, saya tidak mengetahui adanya negara lain yang telah memberlakukan pembatasan pada impor daging sapi AS," jelas dia lewat surat elektroniknya kepada Okezone, Kamis (26/4/2012) malam.

Menurut dia, mengacu pernyataan perwakilan Kementerian Perdagangan AS, Ron Kirk, yang mengungkapkan AS menghormati hak setiap negara untuk melindungi kesehatan rakyatnya. Namun, dalam kasus pembatasan produk makanan dari AS, harus disertai bukti adanya pelanggaran terhadap standar sanitasi, sebagaimana ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Karenannya, Ron meminta Indonesia tidak terlalu cemas menanggapi isu yang beredar tersebut. "Kita harapkan bahwa Indonesia akan cepat membuka kembali pasarnya untuk produk daging sapi AS," jelas Ron seperti dikatakan kembali oleh Troy.

Diberitakan sebelumnya, semenjak merebak isu wabah sapi AS terinfeksi virus sapi gila, Kementerian Pertanian (Kementan) menghentikan sementara perdagangan daging tersebut. Pihak Kementan mengungkapkan, impor daging asal AS yang masuk ke Indonesia tersebut, yang dikapalkan sebelum 24 April 2012 dari Amerika yang sudah masuk ke Indonesia.

"Kita mengkhawatirkan masuknya daging sapi itu ke Indonesia. Maka dari itu, daging yang pengapalannya melewati 24 April akan disetop," kata Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian Banun Harpini.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement