JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, setidaknya ada tiga langkah prioritas guna mendorong pertumbuhan industri manufaktur nasional. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, langkah pertama adalah bisa mempertahankan peningkatan investasi di dalam negeri.
Kedua, terus meningkatkan pola konsumsi masyarakat. Kemudian langkah ketiga, lanjutnya, adalah memacu ekspor.
"Saya itu konsentrasi agar volume ekspor kita makin banyak persentase kandungan industri yang mengurangi bahan baku impor. Coba ekspor kita itu 60 persen itu adalah ekspor barang mentah, batu bara, dan CPO. Jadi jangan bangga dulu kalau volume ekspor tinggi 70 persen bahan mentah belum ada kemajuan artinya. Artinya value added industri kita harus lebih meningkat," kata Hidayat di Kemenperin, Jakarta, Rabu (13/6/2012).
Dia menambahkan, dampak-dampak dari krisis ekonomi global bisa menghambat pertumbuhan industri manufaktur nasional pada tahun ini. Menurutnya, apabila pertumbuhan industri manufaktur nasional bisa bertumbuh sama dengan tahun lalu saja sudah bagus. Seperti diketahui, industri bertumbuh 6,8 persen pada tahun lalu. Intinya, kata dia, harus realistis.
"Saat ini, ada dampak-dampak yang terjadi akibat krisis ekonomi global. Kalau tahun ini pertumbuhan bisa bertahan, setidaknya sama dengan pencapaian tahun itu, itu sudah lumayan. Meski, saya berambisi menaikkan lagi. Tapi, kalau mau realistis, setidaknya pertumbuhan bertahan dari tahun lalu. Karena itu, saya fokus pada tiga hal," jelasnya.
Dia menambahkan, salah satu negara investor yang berpotensial besar adalah Jepang. Pasalnya, kata dia, Jepang memiliki kepentingan untuk memacu investasi di Indonesia.
"Mereka memiliki banyak kebutuhan di sini. Dengan kondisi saat ini, ASEAN termasuk Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi dunia. Prospeknya ada di sini. Berinvestasi di sini buat mereka lebih efisien dan menguntungkan kepentingan mereka," ujarnya.
Duta Besar Indonesia untuk Jepang M Lutfi sebelumnya menargetkan, realisasi investasi langsung oleh Jepang mencapai USD2 miliar hingga akhir tahun ini. Untuk itu, kata dia, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Indonesia di Tokyo terus mengupayakan realisasi minat-minat investasi tersebut.
"Sebelum saya datang, investasi Jepang ke Indonesia itu baru sekira USD750 juta. Setelah setahun saya menjabat, menjadi USD1,5 miliar. Tahun ini, kita bidik menembus USD2 miliar. Banyak yang sudah waiting list. Tahun ini, terutama untuk industri skala tier I dan II akan banyak masuk. Memang, masih didominasi industri automotif, elektronika, dan petrokimia. Hingga triwulan I tahun ini, menurut data BKPM, sudah sekira USD600 juta,” katanya.
(Widi Agustian)