Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pengrajin Tempe Berharap Pemerintah Berikan Subsidi Kedelai

Wahyudi Aulia Siregar , Jurnalis-Selasa, 24 Juli 2012 |19:26 WIB
Pengrajin Tempe Berharap Pemerintah Berikan Subsidi Kedelai
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A
A
A

MEDAN - Di tengah kenaikan harga kedelai yang telah mencapai Rp2 ribu per kilogram (kg), pengrajin tempe di Medan berharap pemerintah dapat memberikan subsidi kepada pengrajin tempe seperti yang pernah dilakukan pemerintah pada 2007-2008 silam.

Subsidi itu dinilai sangat efektif untuk mempertahankan daya beli bahan baku pengrajin sembari pemerintah melakukan penertiban terhadap aksi spekulasi yang diduga menjadi salah satu penyebab tingginya kenaikan yang terjadi.

"Saya sudah 12 tahun jadi pengrajin tempe. Dulu sekira 2007-2008, pemerintah memberikan subsidi Rp100 ribu per hari kepada kami. Meski bantuan itu sarat juga dengan masalah, tapi itu sangat membantu kami di tengah situasi harga seperti sekarang. Besar harapan kami kondisi serupa dapat kembali kami rasakan," terang Budi Sudarno pengrajin tempe di Jalan Bunga Asoka, Medan kepada Okezone, Selasa (24/7/2012).

Budi mengatakan subsidi ini merupakan alternatif terbaik, karena pemerintah juga sulit menekan impor akibat lebih tertariknya pengrajin dengan kualitas kedelai impor dibandingkan kedelai lokal.

"Subsidi ini harusnya sudah bisa diprogramkan pemerintah, karena jujur saja kita kurang suka memakai kedelai lokal, karena entah kenapa kualitasnya kurang baik. Sehingga rencana perluasan kebun kedelai juga pasti jadi enggak efektif," pungkasnya.

Sementara itu Kepala Sub Bidang Program Dinas Pertanian Sumut Lusiantini, mengakui kebutuhan kedelai Sumut tidak mampu dipenuhi petani lokal akibat penurunan luas panen dan produksi. Produksi kedelai sumut berdasarkan angka ramalan (ARAM) I-2012 menurun hingga 6.694 ton dari angka tetap (ATAP) 2011 sekira 11.426 ton.

“Penurunan luas panen yang cukup besar membuat produksi kedelai kita di Sumut ini Anjlok. Tapi secara produktifitas tanaman kedelai petani lokal sebenarnya meningkat kalau kita bandingkan dengan tahun-tahun lalu. Perbandingannya, tahun ini produksi bisa 10,36 kuintal per hektare, sementara tahun lalu cuma 10,01 kuintal," jelasnya.

Daerah lain diakui Lusiantini juga tidak cukup membantu akibat permintaan daerah lain yang juga cukup tinggi. Namun belakangan berdasarkan pengamatan dinas pertanian, banyak kedelai impor dari China yang masuk ke pasar lokal.

”Kalau daerah lain terus menurun pasokannya. Di Indonesia yang paling besar produksinya kan di Jawa, selama ini kita bertumpu pada pasokan dari sana. Tapi dengan kondisi sekarang, ya kita hanya berharap dari impor. Belakangan kita dengar dari China sudah masuk, tapi harganya memang terbilang tinggi. Rp7 ribu-Rp8 ribu per kg. Kalau itu disebut kedelai lokal yang seolah-oleh disebut impor, saya juga kurang tahu," tutupnya.

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement