Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jepang Naikkan Target Inflasi, Pengusaha Karet Kegirangan

Wahyudi Aulia Siregar , Jurnalis-Kamis, 24 Januari 2013 |10:10 WIB
Jepang Naikkan Target Inflasi, Pengusaha Karet Kegirangan
Ilustrasi. (Foto: okezone)
A
A
A

MEDAN - Pemerintah mencatat penurunan lebih dari 30 persen terhadap kinerja ekspor komoditi karet Sumatera Utara (Sumut). Namun kondisi itu justru berubah optimistis, karena penurunan nilai ekspor yang direncanakan pengusaha telah berhasil mendongrak harga karet ke titik yang cukup menggemberikan.

Optimisme para pengusaha karet pun semakin menjadi, setelah Pemerintah Jepang menaikkan target inflasi di negaranya secara berkali lipat hingga mencapai dua persen.

Stimulus yang ditujukan Pemerintah Jepang untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri guna  memberi ruang pada pertumbuhan ekonomi Jepang yang melambat akibat terkena dampak krisis global itu, dianggap akan membuat harga karet meningkat.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara Edy Irwansyah mengatakan. Dengan dinaikkannya target inflasi di Jepang, akan berdampak bagi pelemahan nilai tukar Yen, sehingga antusias publik membeli komoditas yang diperdagangkan dalam Yen meningkat.

Meningkatnya antusiasme publik Jepang untuk membeli barang dalam bentuk Yen secara otomatis akan membuat konsumsi dalam negeri meningkat tajam. Dimana dalam situasi tersebut, Jepang yang merupakan salah satu konsumen produk olahan karet terbesar di dunia, akan meningkatkan permintaanya, dan mendongrak harga.

"Untuk kontrak Februari nanti pada perdagangan Singapura tercatat USD3,03 per kilogram (kg). Harga ini naik dari sebelumnya dibawah USD3 per kg. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang sangat berpengaruh pada peningkatan harga ini. Dalam kondisi saat ini, kita optimis harga akan naik lagi. Kita akui ini memang temporer, tapi cukup bagus untuk membangunkan pasar yang sudah tertidur cukup panjang akibat krisis," tuturnya, di Medan, Rabu (23/1/2013) malam.

Edy menambahkan, kebijakan Jepang ini sangat fundamental, dan harusnya dapat ditiru oleh negara-negara produsen pengolah komoditi lainnya. Meningkatkan konsumsi dalam negeri dianggap sebagai solusi alternatif untuk menggenjot perekonomian dan memperbaiki kondisi makro ekonomi yang porak poranda pasca krisis.

"Sebagai negara konsumen karet terbesar di Dunia, Jepang, China dan Amerika memang memiliki posisi tawar yang cukup baik dalam menentukan harga. Tapi ini bukan hanya soal harga saya pikir. China dan Amerika harusnya dapat mengikuti langkah Jepang. Karena mereka harus meningkatkan konsumsi dalam negerinya kalau mau pulih. Nah disitu memang kita akan diuntungkan, ini lah momentum kebangkitan sebenarnya," tukasnya.

Optimisme peningkatan harga karet diakui Edy juga bukan hanya karena fundamental eksternal. Kondisi dalam negeri juga diakui cukup membuat optimistis. Edy mengaku dalam waktu dekat produksi karet nasional akan menurun, seiring dengan masuknya paceklik. Sehingga realisasi ekspor akan semakin terpangkas.

"Ini daun karet mulai gugur. Sebentar lagi paceklik. Ketiadaan pasokan akan membuat harga juga naik. Ya hukum ekonomi lah, ketika permintaan tinggi dan suplai minim, harga akan naik. Sebenarnya ironis, tapi ini lah bisnis," tutupnya.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement