Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekspor CPO Sumut Merosot Tajam

Wahyudi Aulia Siregar , Jurnalis-Kamis, 24 Januari 2013 |10:40 WIB
Ekspor CPO Sumut Merosot Tajam
Ilustrasi
A
A
A

MEDAN - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Utara (Sumut) mencatat, terjadinya penurunan sangat signifikan pada kinerja ekspor minyak sawit mentah (CPO) Sumut. Sebagai komoditi yang paling diunggulkan dari Sumatera Utara, penurunan ini pun telah membuat perekonomian Sumut menjadi terganggu.

Tercatat pada 2012 lalu, volume ekspor Sumut mencapai 3,843 juta ton, dengan nilai ekspor USD3,047 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan 2011 tercatat sebanyak 4,262 juta ton dengan nilai ekspor USD3,944 miliar.

Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Disperindag Sumut Fitra Kurnia mengatakan, penurunan kinerja ekspor CPO ini tidak terlalu mengejutkan, karena sudah terprediksi sebelumnya. Prediksi tersebut mengacu pada mengecilnya pasar impor akibat krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Fitra juga mengaku penurunan ini juga tidak terlalu mengecewakan. Pasalnya penurunan yang cukup tinggi dari sisi nilai, tidak diikuti dengan penurunan volume yang linier. Besarnya penurunan lebih dikarenakan penurunan harga.

"Iya memang berdasarkan Surat Keterangan Asal yang kita terbitkan, ada penurunan yang secara nilai cukup tinggi. Kurang lebih 24 persen. Tapi kalau volumenya enggak setinggi itu, masih di bawah 10 persen. Jika melihat kondisi perekonomian dunia yang belum kunjung membaik saat ini, saya pikir ini enggak terlalu mengecewakan. Masih tingginya volume ekspor menggambarkan CPO kita masuk cukup diminati. Cuma memang, karena kegiatan produksi dunia terpangkas akibat krisis, ya kita sebagai negara penghasil bahan baku mutlak mengalami penurunan," ujarnya di Medan, Rabu (23/1/2013) malam.

Meski kinerja ekspor diakui cukup dapat tertahan dari sisi volume, namun penurunan harga diakui sangat mengkhawatirkan. Fitra mengaku sejumlah pengusaha telah mengeluh, dan menganggap harga di 2012 lalu membuat bisnis CPO jatuh ke titik terendah.

"Banyak pengusaha sudah menjerit. Tahun lalu, harga terendah sempat menyentuh USD759 per metrik ton. Apalagi tren penurunannya sudah terjadi sejak pertengah tahun. Kalau tahun lalu kan masih berkisar USD900-USD1000 per metrik ton. Kalau pun ada penurunan yang cukup besar, baru terjadi di triwulan terakhir. Di mana dalam skala tahunan, tentunya membuat kinerja ekspor masih bisa dijaga," paparnya.

Penurunan kinerja ekspor CPO diakui Fitra juga terjadi, karena belum maksimalnya upaya pemerintah dan pengusaha, menggarap pasar-pasar baru.

"Karena sadar pasar akan mengecil, pemerintah dan pengusaha sebenarnya sudah mencoba untuk membuka pasar-pasar baru, khususnya di Afrika dan Asia Timur jauh. Tapi karena memang dasarnya harga yang menurun, hasil dari pasar-pasar baru itu, cenderung belum maksimal. Mungkin dalam beberapa tahun lagi, kalau kita tetap eksis bermain di pasar-pasar baru itu, harga CPO kita enggak akan tergantung lagi pada kondisi keuangan global. Setidaknya ada yang mengimbangi lah," tutupnya.

Sebagai informasi, komoditi CPO Sumut selama ini bergantung pada konsumsi di negara tujuan ekspor. Yakni India, China, Rusia, Belanda, Spanyol, dan Malaysia. Sementara pasar baru yang cukup prospektif yakni Mesir, Pakistan, Vietnam dan sejumlah negara di ASEAN dan Afrika lainnya.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement