Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Lemahnya Rupiah Dinilai Lebih Moderat

Rezkiana Nisaputra , Jurnalis-Kamis, 11 April 2013 |17:12 WIB
Lemahnya Rupiah Dinilai Lebih Moderat
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Nilai tukar rupiah selama triwulan pertama 2013 secara rata-rata melemah sebesar 0,7 persen menjadi R9.680 per USD dinilai lebih moderat dibanding triwulan sebelumnya. Dalam hal ini pelemahan tersebut dianggap lebih moderat dibandingkan periode-periode sebelumnya, sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk.

"Kami tahu tekanan depresiasi itu semakin moderate. Maka BI sudah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi itu termasuk memperkuat intervensi kita di pasar valuta asing," ujar Gubernur BI Darmin Nasution saat Konfrensi Pers hasil RDG Triwulan I-2013, di Gedung BI, Jakarta (11/4/13).

Darmin mengungkap, lemahnya nilai tukar rupiah merupakan konsekuensi dari kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya.

"Kondisi fundamental yang dimaksud itu seperti neraca pembayaran yang masih defisit, meskipun defisitnya diharapkan akan mengecil pada triwulan kedua tahun ini," tukas dia.

Sedangkan neraca pembayaran Indonesia yang defisit itu disebabkan bengkaknya impor BBM. "Ekspor nonmigas kitakan sebenarnya udah baik, namun tidak bisa mengimbangi defisit neraca perdagangan migasnya," jelas Darmin.

Selain itu, Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono juga mengatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah tidak dilakukan BI sebagai kebijakan untuk memperlambat laju impor.

"Inikan perlu ditegaskan bahwa BI tidak seperti itu, BI tidak menggunakan nilai tukar untuk mengurangi impor," ucap dia.

Hartadi menambahkan, pihaknya tetap dalam rezim mengambang bebas. BI tetap memoderasi pelemahan rupiah sesuai dengan fundaementalnya. "Kalau neraca pembayaran melemah, wajar kalau ada ekspektasi depresiasi. Kita hanya memperlambat gejolak pelemahannya," tutup Hartadi.

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement