Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hatta Jamin PLTU Batang Tetap Groundbreaking

Fakhri Rezy , Jurnalis-Jum'at, 17 Mei 2013 |13:27 WIB
Hatta Jamin PLTU Batang Tetap <i>Groundbreaking</i>
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 x 1.000 megawatt (mw) Supercritical di Batang akan tetap dilakukan pada 2014. Meskipun sedikit terhambat permasalahan perizinan lahan, namun hal tersebut tidak memberikan dampak yang signifikan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, hasil laporan dari tim terpadu yang diputuskan pada Januari 2013, telah mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari pembangunan pembangkit 2 x 1.000 mw.

"Dari laporan keseluruhan yang melibatkan pemerintah gubernur, bupati dan seluruh stakeholder termasuk pengembangnya, maka disimpulkan bahwa persoalan tanah hanya sedikit, sehingga groundbreaking akan tetap dilakukan pada 2014," kata Hatta di kantornya, Jakarta, Jumat (17/5/2013).

Hatta menambahkan, dalam hasil rapat tersebut pemerintah konsisten dengan financial closing akan tepat pada waktunya yakni pada Oktober 2013. Hal tersebut akan meminta juga pada Binasena Proyek Indonesia (BPI) untuk mengembangkan pembangkit listrik.

"BPI itu Bimasena pengembang pembangkit listrik tersebut beserta dengan untuk juga melakukan pendekatan sosial budaya masyarakat melalui social corporate responsibility," ujar Hatta.

Sekadar informasi, kapasitas terbangun PLTU Batang sebesar 2 x 1000 megawatt dengan estimasi biaya investasi USD3 miliar. Proyek PLTU ini akan mampu memenuhi kebutuhan daya listrik untuk menutupi kebutuhan listrik Jawa-Bali yang tumbuh 8 persen per tahun di 2016.

PLTU Batang nantinya akan menggunakan teknologi Clean coal technology, supercritical atau ultra-supercritical. Teknologi Supercritical boiler akan menghasilkan emisi lebih rendah, lebih efisien, lebih bankable, dan cost-competitive.

Sedang untuk menggerakkan mesin, nantinya digunakan batubara. Bahan ini merupakan bahan bakar termurah berdasarkan kajian least-cost-of-supply, sehingga dapat menurunkan biaya pokok produksi (BPP) PLN dan pada akhirnya akan Menurunkan kebutuhan subsidi PLN.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement