JAKARTA - Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan menarik stimulus ekonomi akhir tahun ini senilai USD85 miliar per bulan berdampak pada anjloknya pasar global. Hal ini, juga menyebabkan guncangan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management dan Pengamat Pasar Modal, Rudiyanto mengatakan Quantitative Easing (QE) dilakukan untuk menambah likuiditas saham yang ada di pasar. Menurutnya, cara menambah likuiditas salah satunya dilakukan dengan cara membeli obligasi atau surat utang dari perusahaan dan bank.
"Artinya, dengan adanya dana segar maka perusahaan dan bank diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian dengan melakukan ekspansi atau menyalurkan kredit," katanya di Jakarta, Jumat (21/6/2013).
Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa stimulus QE memang sangat berpengaruh pada penguatan IHSG. Beberapa kali The Fed menggelontorkan stimulus pada 2008 dan 2010, IHSG mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun begitu dihentikan IHSG akan turun drastis.
Selain itu, faktor valuasi juga turut mempengaruhi naik turunnya level IHSG. "Melihat hal tersebut maka kebijakan pengurangan QE3 secara bertahap sudah tepat dalam hal menghindari terjadi bubble pada aset," katanya.
Meski demikian, di satu sisi hal ini mungkin bukan merupakan sentimen yang baik bagi investor saham atau reksa dana saham, terutama bagi mereka yang berharap ada kenaikan tinggi pada harga saham terkait kebijakan ini.
"Sebelum QE3 dihentikan masih ada kesempatan IHSG akan mengalami kenaikan. Namun, tiga bulan kemudian akan terjadi aksi profit taking," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)