 
                JAKARTA - Belum adanya kesepakatan dengan para kreditur membuat bank-bank menilai Argentina alami default. Meskipun default Argentina sempat memberikan sentimen negatif terhadap negara emerging market, namun Bank Indonesia (BI) menilai default Argentina tidak akan berdampak pada Indonesia.
"Argentina sudah default yang ke sembilan. Argentina itu bukan Indonesia. Investor di emerging market sudah bisa membedakan mana pemerintah yang menjaga rasio utang dengan baik, mana pemerintah yang menjaga rasio defisit anggaran dengan baik," ungkap Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara, Senin (4/8/2014).
Dirinya menilai dengan default yang dialami Argentina, tidak ada gejolak berarti yang terjadi pada surat utang. Investor dinilai bisa membedakan negara emerging market.
"Kalau Indonesia kan tidak pernah default. Jadi kita enggak lihat ada gejolak di surat utang pemerintah walaupun Argentina default karena investor sudah bisa membedakan mana Argentina, mana Indonesia dan mana negara emerging market lain," tambahnya.
Sementara mengenai pelemahan rupiah yang sempat menyentuh level Rp11.800 per USD diakui ada kaitannya dengan Argentina. "Tapi itu juga volume pasarnya kecil skali, jadi kalau Jumat kemarin hanya USD44 juta dan Rupiahnya melemah itu bukan gambaran yang normal. Hari ini sudah membaik lagi," tukas dia.
(Widi Agustian)