JAKARTA - Perusahaan distribusi perdagangan, PT Wicaksana Overseas International Tbk (WICO) menganggarkan belanja modal (capial expenditure/Capex) 2009 sebesar Rp5 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk peremajaan armada perseroan.
"Mobil-mobil kita sudah ada yang harus diganti," kata Corporate Secretary Elis Karis, di sela paparan publik perseroan di Jakarta, Jumat (16/1/2009).
Saat ini perseroan memiliki 100 armada untuk mendistribusikan makanan dan minuman kemasan. Armada tersebut terdiri dari truk, mobil boks dan sepeda motor. Sayangnya dia tidak menjelaskan komposisi peremajaan armada tersebut.
Dia hanya mengungkapkan, satu unit peremajaan kendaraan membutuhkan dana Rp100-200 juta. Adapun sumber pembiayaannya akan menggunakan kas internal. "Memang sejumlah kendaraan sudah waktunya untuk diganti," katanya.
Elis menjelaskan, saat ini distribusi minuman produksi San Miguel dan mie instan Jakarana Tama ini tengah menjajaki dua prinsipal baru di bidang makanan dan minuman kemasan. Sayangnya dia tidak menjelaskan nama kedua prinsipal tersebut dengan alasan masih tahap negosiasi.
"Itu nanti, belum bisa diumumkan mudah-mudahan rampung tahun ini," katanya.
Direktur Utama WICO Eddy Suwandi menambahkan, pada tahun ini perseroan menargetkan penjualan dapat tumbuh 13 persen menjadi Rp600 miiar dari proyeksi penjualan akhir tahun 2008 sebesar Rp530 miliar. "Pertumbuhan itu sudah dimasukkan dengan asumsi penambahan dua prinsipal baru," katanya.
Langkah ini dilakukan dengan merampingkan rantai distribusi barang. Selain itu, perseroan juga akan mengirimkan barang secara langsung dari pabrik untuk menekan biaya pengangkutan.
"Kita juga mengupayakan penggunaan berbagai model pelayanan logistik yang dapat disesuaikan terhadap pergerakan volume guna mengoptimalkan waktu dan biaya pengiriman," katanya.
Hingga September 2008, perseroan berhasil membukukan penjualan bersih Rp400 miilar atau naik 2 persen dibandingkan periode yang sama 2007 sebesar Rp391 miiar. Hal ini berdampak pada pertumbuhan rugi bersih sebesar 55 persen dari sebelumnya rugi bersih Rp14 miliar menjadi Rp6 miliar.
Menurut Eddy, terus meruginya WICO disebabkan beban perusahaan yang terus meningkat. Peningkatan beban usaha ini disebabkan meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) dan sejumlah pembiayaan intensif petugas lapangan yang dibebankan kepada perseroan. "Kita tidak bisa bebankan atau renegosiasi kepada prinsipal, mereka tahunya bersih," katanya.
Hingga kuartal III/2008, beban usaha perseroan tercatat naik tipis 3 persen menjadi Rp1 miliar dibandingkan periode yang sama 2007. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya biaya penjualan 8 persen atau Rp2 miliar, sedangkan biaya umum dan administrasi menurun menjadi Rp921 juta.
Elis mengungkapkan, dengan target pertumbuhan penjualan tahun ini yang mencapai 13 persen, perseroan berharap pada 2009 kinerja keuangan sudah mendapatkan hasil positif. "Kita targetkan tahun ini sudah break event point (BEP)," katanya.
Selain meningkatkan penjualan jelas Elis, WICO juga akan menjual aktiva tetap yang dinilai sudah tidak produktif. Aktiva tersebut berupa sejumlah bidang tanah di berbagai wilayah. Sayangnya dia tidak menjelaskan luas dan nilai penjualan tanah tersebut. "Itu masih dibicarakan," katanya.
(Rani Hardjanti)