JAKARTA - Belum adanya kepastian perbaikan ekonomi di zona Eropa, telah membuat investor memilih dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu investasi safe haven. Akibatnya, rupiah kembali tertekan di kisaran Rp9.200 per USD.
Menurut kurs Bank Indonesia (BI) rupiah melemah 40 poin menjadi Rp9.220 per USD dari Rp9.180 per USD. Adapun perdagangan harian rupiah, berada di kisaran Rp9.174-Rp9.266 per USD. Bloomberg mencatat, rupiah kembali melemah 27 poin dan bertahan pada level Rp9.270 per USD, dengan perdagangan harian di kisaran Rp9.190-Rp9.303 per USD.
Head of Research Treasury Divison BNI Nurul Eti Nurbaeti mengungkapkan berlanjutnya kebuntuan problema politik Yunani yang mengancam memburuknya krisis utang EZ berikut lower than expected data perdagangan China pada April, ikut menekan pergerakan rupiah.
"Kewaspadaan pasar terindikasi masih akan terpengaruh masalah krisis utang Eropa. Situasi ini memunculkan peluang terbatasnya rupiah dan bakal lebih menyokong supremasi the greenback," jelas dia dalam risetnya, Senin (14/5/2012).
Dia melanjutkan, menyeruaknya kabar bahwa PBOC akan memangkas suku bunga (RRR) Negeri Tirai Bambu sebesar 50 bps per 18 Mei mendatang, menjadi isyarat bangkitnya bursa. Serta mensinyalkan bertahannya mata uang rupiah.
"Sedangkan penyelenggaraan lelang SUN bertarget Rp6 triliun berpeluang menarik dana asing mengalir masuk perekonomian domestik dan berpotensi menambah tenaga buat valuta Garuda," jelas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)