MEDAN - Kinerja sektor pertanian yang terus menunjukkan pergerakan positif, membuat peran sektor jasa dan manufaktur mulai tergerus pada perekonomian sumut.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, sektor pertanian memberikan kontribusi 22,41 persen pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara di triwulan pertama 2012, sementara sektor jasa dan manufaktur masing-masing hanya berkontribusi 7,2 persen dan 22 persen.
Laju pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 6,2 persen pun jauh lebih tinggi dibandingkan kedua sektor lainnya yang justru melambat masing-masing
1,5 persen untuk sektor manufaktur dan 10,92 persen untuk sektor jasa.
"Kekuatan ekonomi Sumut, bukan lagi Medan, tapi sudah ke daerah pinggir yang memiliki potensi pertanian, khususnya sawit. Seperti Labuhan Batu, Langkat, Mandailing Natal, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Juga Tanah Karo dengan potensi tanaman hortikulturanya," kata Ketua Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumatera Utara Firsal Ferial Mutyara di ruang kerjanya, Senin(14/5/2012).
Firsal juga mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah dengan potensi pertanian itu pun juga lebih baik dibandingkan di Medan. Terbukti, saat ini lebih mudah menemukan pengusaha muda berpenghasilan ratusan juta rupiah per bulan di daerah-daerah dibandingkan di Medan.
Oleh karena itu, dibutuhkan revitalisasi perekonomian di daerah dengan menggeser industri pengolahan yang selama ini terpusat di Medan, ke daerah-daerah yang lebih dekat dengan sumber daya pertanian.
"Sudah saatnya industri pengolahan dipindahkan ke daerah yang memiliki sumber daya manusia. Di samping akan membantu pertumbuhan ekonomi semakin cepat, pemindahan itu juga merupakan upaya efisiensi, mengingat tingginya cost produksi akibat buruknya sistem distribusi," jelasnya.
Firsal menambahkan pengembangan industri manufaktur pun harus dimulai dengan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM), agar pergerakan pondasi pertumbuhan perekonomian menjadi lebih kuat. Pengembangan IKM pun dapat dilakuan secara mandiri oleh masing-masing pemerintahan, karena tak membutuhkan dana yang besar.
"Harus mulai dari IKM dulu, biar fundamental perekonomiannya terbentuk sempurna," tegasnya.
Meski peran Medan sebagai kekuatan ekonomi mulai tergerus, Firsal mengakui terlanjur tingginya pertumbuhan ekonomi di Medan, membuat investasi mengalir deras. Termasuk dari kabupaten yang menjadi kekuatan produksi utama Sumatera Utara, maupun dari provinsi Aceh.
Penguatan di sektor konsumsi ini pun resiprokal dengan pertumbuhan ekonomi daerah, karena tentunya hasil pengolahan produk dari daerah, telah mendapatkan pasar yang besar di Medan. "Medan makin mantap secara konsumsi, dan ini penting untuk daerah lainnya yang membutuhkan pasar produknya," pungkasnya.
(Widi Agustian)