JAKARTA - Rupiah diprediksi masih akan tertekan, meskipun pergerakannya cenderung stabil mengawali perdagangan hari ini. Analis valuta asing Rahadyo Anggoro memprediksi, rupiah akan diperdagangkan di kisaran Rp9.250-Rp9.300 per USD.
"Salah satu faktor yang dapat membuat rupiah melemah adalah data Manufacturing PMI China yang angkanya turun jadi 48,7 untuk Mei 2012 dari ekspektasi 49,1 dan dari bulan sebelumnya yang sebesar 49,3," katanya di Jakarta, Jumat (25/5/2012).
Menurutnya, dengan angka manufaktur China dirilis di bawah 50, menandakan kontraksi dalam tujuh bulan berturut-turut. Artinya, intensitas perlambatan ekonomi China semakin tinggi. "Kondisi ini membuat investor enggan mendekati aset-aset berisiko, termasuk rupiah," imbuhnya.
Selain itu, hasil rilis data dari Eropa juga tidak menggembirakan. Manufacturing Indeks PMI Eropa yang angkanya dirilis lebih rendah jadi 45 dari ekspektasi 46,1 dan bulan sebelumnya 45,9 turut akan memberikan pengaruh terhadap pergerakan rupiah.
"Dari dalam negeri faktor kebutuhan dari perusahan Indonesia dalam bentuk mata uang asing khususnya USD akan cenderung meningkat di akhir bulan juga turut memberikan tekanan terhadap rupiah," tandasnya.
Analis valuta asing Rully Nova juga memprediksikan jika rupiah akan bergerak melemah. Faktornya masih sama, yaitu karena ketidakpastian dari Eropa sehingga investor cenderung menempatkan dana di mata uang yang kuat seperti dolar dan yen.
"Kisarannya untuk perdagangan besok Rp9.295-9.320 per USD," tandasnya.