JAKARTA - Pemerintah menilai jika melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Amerika Serikat (AS) dikarenakan naiknya permintaan akan mata uang dolar AS imbas dari krisis yang terjadi di Eropa.
"Krisis di Eropa masih berlangsung. Kedua bahwa Amerika situasinya sudah ada perbaikan terutama di angka penganggurannya dan juga kepercayaan investor terhadap investasi. Impliksinya terjadi penguatan dolar AS terhadap semua mata uang termasuk Euro. Demikian juga terjadi dengan Rupiah," ungkap Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati di Hotel Hyatt, Jakarta, Sabtu (26/5/2012).
Sebagaimana diketahui, sepanjang perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hampir menyentuh Rp9.500 per USD. Namun, Anny optimistis bahwa hal ini sebagai langkah dari meningkatnya permintaan dolar AS (AS) di pasar, karena investor lebih mempercayai memegang dolar AS dibandingkan instrumen lain. Ketika permintaannya naik, dolar AS otomatis menguat.
Selain itu, penguatan nilai tukar dolar AS juga disebabkan adanya permintaan dolar AS dari korporat karena pembagian dividen.
"Bank Indonesia (BI) kan juga kemarin katakan, bahwa ada beberapa perusahaan yang melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan membagi dividen," lanjutnya. (nia)
(Rani Hardjanti)