JAKARTA - Nilai tukar rupiah kembali melemah pada siang ini menembus level Rp9.500-an per USD, bahkan mata uang RI ini nyaris menembus level Rp9.600.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih menuturkan, rupiah diperkirakan masih terus mengalami tekanan akibat beberapa faktor. "Pertama, ketatnya likuiditas valas dolar AS akibat tertahannya dana asing yang masuk ke pasar Indonesia," kata Lana dalam risetnya di Jakarta, Selasa (29/5/2012).
Dua, tekanan spekulasi melalui pasar non delivery forward (NDF) yang berusaha menggiring ekspektasi rupiah melemah ke Rp9.641 per USD untuk satu bulan ke depan. Dan ketiga, credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun meningkat menembus 249 bps dari sebelumnya di sekitar 170 bps.
Walau demikian, Lana mengatakan, BI meyakini cadangan devisa masih cukup untuk menjaga rupiah. Di mana posisi cadangan devisa per akhir April lalu tercatat USD116,4 miliar. Di saat yang sama, imbal hasil SUN relatif stabil di 6,5 persen untuk tenor 10 tahun, tidak mengindikasikan tekanan jual yang berlebihan.
"Tekanan rupiah lebih banyak berasal dari pasar valas itu sendiri. Sedangkan di saham, posisi asing terus mengalami tekanan jual hingga perdagangan akhir minggu lalu," jelas dia.
Tak hanya di Indonesia, mata uang dolar AS juga mengalami permintaan yang meningkat di seluruh pasar global. Dolar Amerika indeks terus menguat 12 persen terhadap 16 mata uang mitra dagangnya dari posisi terendahnya 27 Juli 2011 lalu.
Padahal, Lana melanjuutkan, the Fed telah menggelontorkan senilai USD2,3 triliun likuiditas. Investor global dan institusi keuangan terus meminta dolar sebagai the highest quality assets sesuai dengan investment guidelines.
Saat ini CDS AS juga termasuk rendah dari lima negara yang nilainya di bawah 100, turun dari tahun lalu sebanyak 10 negara. Penguatan dolar terutama terjadi terhadap mata uang Euro karena bank sentral negara-negara di zona euro mulai menambah porsi dolar Amerika dalam komposisi cadangan devisanya.
China Investment Corporation (CIC) juga menghentikan pembelian obligasi pemerintah Uni Eropa sejak 10 Mei lalu. CIC merupakan country fund kelima terbesar di dunia dengan aset total senilai USD440 miliar.
(Widi Agustian)