MEDAN - Perubahan cuaca yang cukup ekstrem sejak awal Mei lalu, mendorong harga sejumlah komoditas pertanian di Medan mulai meningkat tajam. Salah satunya cabai yang harganya kini meningkat dua kali lipat.
Peningkatan ini disinyalir terjadi karena adanya gangguan pasokan dari wilayah Tanah Karo yang merupakan sentra pertanian hortikultura di Sumatera Utara. Di samping itu terganggunya distribusi akibat ancaman banjir dan tanah longsor juga memperparah peningkatan harga.
"Harganya sekarang Rp25-30 ribu. Kalau normalnya kan Rp10-15 ribu. Sebelumnya memang harga cabai pernah menyentuh Rp100 ribu. Tapi kalau naiknya segitu biasanya cepat turun begitu ada pasokan. Tapi kalau naiknya dua kali lipat begini, kenaikan bisa berlangsung lama," terang pedagang cabai di kawasan pusat pasar Medan, Masitah, kepada Okezone, Selasa (29/5/2012) pagi.
Sementara itu, petani cabai Tanah Karo Ferdinand Sebayang mengaku kegiatan produksi cabai masih berjalan normal. Meski perubahan cuaca cukup ekstrem, namun belum ada gangguan produksi, karena petani sudah mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem itu dengan pembudidayaan yang disesuaikan.
"Produksi normal sajanya, memang ada perilaku khusus kalau cuacanya ekstrem. Tapi teknik pembudidayaan kita udah disesuaikan kok," pungkasnya.
Terganggunya pasokan disinyalir terjadi karena adanya pembelian dalam jumlah besar oleh salah satu pabrikan cabai botolan. Pembelian besar-besaran itu dilakukan langsung ke tingkat petani. "Memang ada beberapa orang yang mengaku pengusaha saos beli langsung ke kami. Belinya banyak, aq aja jual hasil sekali panen. Yang kebun sebelah ku malah jual semua hasil ladangnya. " ucapnya.
Pedagang Makanan Beralih
Meningkatnya harga cabai ini dikeluhkan sejumlah pedagang makanan. Ita pengusaha warung nasi di jalan rakyat kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan mengaku naiknya harga cabai ini membuat konsumsi cabai merah harus diminimalisir. Ketidakmungkinan menaikkan harga makanan memhuat ia terpaksa beralih ke cabai hijau yang harganya lebih murah.
"Kita kan enggak bisa naikkan harga. Jadi ya lebih banyak pakai cabai hijau, kan cuma Rp10-15 ribu. Kalau makanan yang harus pake cabai merah, kita kurangi juga dengan dicampur sama air atau minyak makan dan tomat," ungkapnya.
Ita pun berharap pemerintah dapat segera mengintervensi harga cabai yang meningkat ini. Diakuinya tingkat konsumsi cabai merah di masyarakat cukup tinggi. Dan jika kenaikan ini berlangsung lama, maka kegiatan usaha makanan akan terganggu dan mengurangi pendapatannya.
"Kita paling terasa kalau beras dan cabai ini naik harganya. Pembeli biasanya selalu minta cabai merah. Jadi kalau harganya naik lama begini, usaha kita terancam. Pemerintah harus bantu kitalah," tutupnya.
(Widi Agustian)