JAKARTA - Kondisi perekonomian global, khususnya krisis yang terjadi di Eropa dinilai menjadi salah satu hambatan bagi perusahaan untuk memperoleh pendanaan dengan cara cepat, seperti pinjaman perbankan.
"Di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu seperti sekarang ini, perbankan memperlambat penyaluran kreditnya, sehingga perusahaan mencari jalur lain mendapatkan dana dengan menerbitkan obligasi," kata Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih saat dihubungi di Jakarta, Selasa (7/8/2012).
Adapun langkah yang menurutnya lebih baik selain pinjaman perbankan adalah penerbitan surat utang atau obligasi. Dia memperkirakan, penerbitan obligasi pada sepanjang semester II-2012 masih akan tetap menarik dan diperkirakan mencapai Rp20 triliun.
"Lagi pula langkah menerbitkan obligasi akan lebih murah dibandingkan meminjam kredit bank," ujarnya.
Menurutnya, return kupon obligasi korporasi masih cukup tinggi, rata-rata berada antara 250 sampai 300 basis poin di atas obligasi pemerintah.
Selain itu, likuiditas di pasar domestik juga masih cukup besar, sehingga penerbitan obligasi masih akan menjadi pilihan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan di semester II-2012.
Dia memperkirakan, perusahaan yang akan menerbitkan obligasi diantaranya adalah perusahaan sektor keuangan seperti perusahaan multifinance. Sementara itu, perusahaan sektor riil yang diperkirakan akan menerbitkan obligasi diantaranya adalah perusahaan telekomunikasi, kemudian sektor infrastruktur seperti Pelindo, serta sektor konsumer misalnya Indofood.
(Widi Agustian)