JAKARTA - Mudik menjadi warna khas yang menjadi bagian dari cerita Lebaran setiap tahunnya, terutama bagi para perantau yang jauh dari keluarga untuk melanjutkan sekolah maupun mencari nafkah. Keinginan untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga dan kerabat di tempat asal, tak dapat dibayar murah.
Tersedianya anggaran khusus mudik adalah penentu apakah keinginan untuk pulang ke kampung halaman dapat terlaksana. Hasil polling MNC Media Research menunjukkan, sebanyak 71 persen responden tidak mudik pada Lebaran tahun ini. 70 persen di antaranya mengaku karena tidak tidak ada biaya.
"Bagi responden yang memutuskan mudik, separuh dari mereka menganggarkan biaya mudik minimal dua kali lipat dari penghasilan keluarga per bulan. Dengan demikian, bagi sebagian responden, kehadiran THR tak cukup dapat diandalkan. Hutang dan gadai menjadi jalan keluar," ungkap riset tersebut, Selasa (14/8/2012).
Di sisi lain, omzet PT Pegadaian selama bulan Ramadan tahun ini di seluruh daerah berkisar antara 15-40 persen. Demikian juga yang terjadi dengan transaksi kartu kredit. "Telah terjadi peningkatan sebesar 10-20 persen," kata laporan tersebut.
Sembilan kota yang di survey, hanya Surabaya, Semarang dan Jakarta yang lebih dari 30 persen respondennya beruntung dapat melakukan perjalanan mudik. Dari responden yang mampu mudik, lebih dari separuhnya memilih mobil pribadi sebagai moda transportasinya.
"Menggunakan kendaraan pribadi memang menjadi alternatif ampuh demi menghindari ongkos mudik yang naik. Apalagi, hampir separuh dari responden menyatakan tak percaya Pemerintah dapat mengendalikan harga tiket perjalanan," tukas riset tersebut.
---
Disclaimer
Profil Responden
Responden yang terjaring dalam polling adalah masyarakat kelas menengah.
Mayoritas berusia produktif (64,56% berusia 17-45 tahun), tingkat pengeluaran per bulan lebih dari 2 juta per bulan (54,16%), dan minimal tamat SMA (85,48 persen.
Metode Polling
Polling melalui telepon dilakukan oleh MNC Media Research pada 1 – 7 Agustus 2012. Polling menjangkau 875 responden yang berusia 17 tahun keatas yang terpilih secara acak sistematis melalui buku telepon residensial terbaru, terbitan Telkom. Responden berdomisili di 9 kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Denpasar, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Semarang dan Lampung. Jumlah responden di setiap kota ditentukan secara proporsional. Tingkat kepercayaan 95%, dengan ambang kesalahan 3,31%. Hasil polling tidak dimaksudkan sebagai representasi pendapat seluruh masyarakat Indonesia.
(Martin Bagya Kertiyasa)