Geotermal Butuh Dukungan Serius Pemerintah

Sudarsono, Jurnalis
Jum'at 14 Desember 2012 20:03 WIB
Presdir Pertamina Geothermal Energy Slamet Riadhy, Menlu New Zealand Murray Mc Cully dan Anggota Steering Group Geothermal Energy New Zealand Mike Allen. (Foto: Sudarsono/Koran SI)
Share :

JAKARTA - Tak ada keraguan atas potensi sumber daya energi geotermal (panas bumi) yang melimpah di Indonesia. Namun masalahnya, sumber daya manusia baik secara kualitas dan kuantitas untuk menjadikannya sebagai energi siap pakai, masih jauh panggang dari api.

Dalam keterangan tertulisnya, Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar di dunia, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera, di mana kedua pulau ini merupakan tempat hunian mayoritas penduduk.

"Sehingga, sebelum kita benar-benar menghadapi krisis energi, maka sekaranglah saatnya Indonesia harus bangun dari tidur lelapnya, untuk segera mengembangkan energi terbarukan dari panas bumi atau geotermal," tegas Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy Slamet Riadhy, di sela acara penandatanganan Study Agreement antara Pertamina Geothermal Energy dengan Geothermal New Zealand di Auckland, New Zealand, Jumat (14/12/2012).

Slamet memaparkan kepada komunitas industri geothermal New Zealand, terkait besarnya potensi sumber daya energi geothermal di Indonesia. Untuk itu, adanya strategic partnership jangka panjang dan berkesinambungan antara kedua negara, bisa menjadi kunci pengembangan energi geotermal yang signifikan.

"Dengan adanya penandatanganan kerjasama melakukan feasibility study hingga pengembangan binary cycle power plant untuk geothermal di Ulubelu, Lampung, antara Pertamina Geothermal Energy dengan Geothermal New Zealand, tentu merupakan langkah maju yang konkrit dan nyata," tandas Anggota Steering Group Geothermal New Zealand Mike Allen, usai menandatangani kerjasama dengan Slamet Riadhy.

Bagi Indonesia, keputusan menjalin kerjasama pengembangan energi geothermal dengan pihak Geothermal New Zealand, tentu tidak asing lagi, mengingat sejak akhir 70-an, New Zealand telah membantu Indonesia membangun pembangkit listrik geothermal Kamojang, Jawa Barat yang kini mempunyai kapasitas pembangkit sebesar 200 megawatt (mw).

"Memang bukan hal mudah mengembangkan energi geotermal. Tetapi kita harus melakukannya dengan target hingga 2.000 mw pada periode 2014-2015. Artinya, ketika mencapai angka tersebut, maka kita bisa saving 100 ribu barel minyak per hari,” kata Slamet menganalogikan.

Slamet menyadari, pencapaian target di angka 2.000 mw membutuhkan dukungan serius dari pemerintah. Karena selain membutuhkan investasi yang jumlahnya mencapai USD7 miliar, Pertamina Geothermal Energy juga membutuhkan adanya kebijakan tarif yang pasti (fit in tariff) dari pihak PLN sebagai pembeli. Mengingat penggunaan energi geothermal sangat ramah lingkungan dan masuk kategori energi terbarukan (renewable energy).

"Jangan sampai terlambat. Ini menyangkut ketahanan energi nasional. Karena tidak lama lagi, kita pun akan menghadapi persoalan serius terkait krisis energi," papar Slamet.

(Widi Agustian)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya