JAKARTA - Kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) tentang fiscal cliff akan kembali didiskusikan. Namun selama perjalanannya, fiscal cliff mengalami kebuntuan dalam hasil. Pasalnya, beberapa opsi yang ditawarkan tidak kunjung membuahkan hasil padahal tenggang waktu yang diberikan tinggal beberapa hari.
Perekonomian Indonesia diprediksi akan semakin membaik tahun depan, namun kejelasan soal fiscal cliff belum juga terjawab. Walaupun tidak berdampak secara langsung kepada perekonomian Indonesia, namun berdampak pada psikologis dari pelaku pasar, karena dianggap sebagai sentimen negatif.
Menurut Kepala Plt BKF Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Bambang Brodjonegoro fiscal cliff harus selesai minggu ini, karena hal tersebut merupakan sentimen negatif.
"Bila ingin perekonomian semakin membaik, maka fiscal cliff harus selesai minggu ini, sekarang pakai logika saja, emang mau warga Amerika itu menderita, fiscal cliff itu negatif," jelasnya, usai Rakor BI, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (26/12/2012).
Lebih lanjut, menurutnya, meski tak optimal pasti ada sesuatu yang membuat ekonomi AS tumbuh positif. Bila pertumbuhan AS nantinya satu sampai dua persen itu masih dianggap normal, namun dengan adanya fiscal cliff bisa minus dua persen ekonominya.
Sebagai informasi, selama ini pembahasan fiscal cliff diwarnai ketidaksepahamaan antara kedua kubu, langkah kubu Republik yang menarik proposal batas kenaikan pajak dan ancaman veto sebelumnya dari presiden Obama bila kubu Republik tidak menyetujui usulannya.
Fiscal cliff tersebut akan berdampak kepada perekonomian AS dalam jangka panjang, terutama defisit AS aakan berkurang dari 8,5 persen dari PBD ke 1,2 persen pada 2021. Selain itu ditahun yang sama utang AS akan meningkat sebesar USD7 triliun, di mana bila fiscal cliff ini tidak diberlakukan, maka peningkataan utang yang terjadi akan mencapai USD10 triliun-USD11 triliun.
(Widi Agustian)