JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menuturkan penguatan rupiah selama dua pekan terakhir karena pasokan (suplai) yang lebih besar ketimbang permintaan (demand) terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Saya kira ada rumor yang mengatakan bahwa BI melakukan price fixing untuk memperkuat rupiah. Tapi itu tidak benar," ujar Deputi BI Hartadi A Sarwono, di Gedung BI, Jakarta, Jumat (1/2/2013).
Hartadi menambahkan, BI akan memantau secara teliti dari waktu ke waktu mengenai rencananya yang lebih agresif bermain di pasar agar rupiah stabil di pasar. Tetapi kecenderungan saat ini, lanjutnya, justru rupiah menguat karena suplai yang lebih besar.
"Rupiah cenderung menguat ini terjadi sejak dua minggu terakhir," tuturnya.
Dituturkannya, saat kekurangan suplai, BI pasti akan waspada apabila memang kurang. Menurutnya, ini dilakukan untuk kepentingan ekonomi Indonesia.
"BI akan melihat apabila itu memang kurang dan itu betul-betul untuk kepentingan ekonomi kita, kita akan suplai, tapi kalau misal suplainya cukup, ya kita diam saja," imbuhnya.