Pergerakan Rupiah "Maju Terus Pantang Mundur"

Rizkie Fauzian, Jurnalis
Kamis 11 April 2013 07:45 WIB
Ilustrasi. (Foto: Tangguh Putra/okezone)
Share :

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini masih cenderung stabil dan diprediksi berada di level Rp9.685-Rp9.715. Adapun yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah keputusan Bank Indonesia (BI) tentang BI Rate.

Analis Rupiah R Anggoro Widagdo mengungkapkan, pasar modal masih menunggu keputusan BI apakah akan tetap mempertahankan BI rate di level 5,75 persen atau menaikkan BI rate mengingat tingkat inflasi Indonesia hingga Maret 2013 cukup tinggi.

"Selain itu pemerintah juga perlu memperhatikan cadangan devisa semakin turun, karena penurunan cadangan devisa ini merupakan konsekuensi dari langkah intervensi rupiah yang dilakukan oleh BI," kayanya di Jakarta, Kamis (11/4/2013).

Data BI menunjukkan, per 28 Maret 2013, cadangan devisa tercatat sebesar USD104,8 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan akhir Februari 2013 yang sebesar USD105,18 miliar. "Hanya saja jika dibanding dengan Januari dan Februari lalU penurunan cadangan devisa semakin kecil," imbuh dia.

Sementara itu, pada Rabu 10 April rupiah ditutup menguat ke level Rp9.690-Rp9.710. Penguatan ini didukung oleh adanya intervensi BI untuk tetap menjaga rupiah berada di level "aman" Rp9.700.

"Hal ini didasari oleh pernyataan dari Agus Martowardojo yang menyatakan bahwa pemerintah cukup nyaman dengan kurs rupiah yang berada di level Rp9.700," jelasnya.

Sementara menurut Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan penguatan. Pergerakannya disokong oleh sentimen dari upaya bank sentral Jepang dan AS serta ekspektasi pelonggaran moneter oleh The People's Bank of China (PBoC) akan membantu mendorong upaya pemulihan ekonomi global.

Menurutnya, China merilis turunnya inflasi dari periode sebelumnya sehingga pelaku pasar berekspektasi pemerintah China akan mengurangi pengetatan moneter ekonominya. "Selain itu, terpengaruh dari positifnya data ekspor impor China meski secara total mencatatkan penurunan pada neraca perdagangannya," ujarnya, di Jakarta, Kamis (11/4/2013).

Sebelumnya, rupiah ditutup menguat pada perdagangan lalu, jal itu didukung oleh sentiment regional di mana sentimen positif tersebut adalah tingkat impor China yang naik melampaui estimasi pada Maret. Data Badan Pusat Statistik China menunjukkan, tingkat impor naik 14,1 persen pada Maret. Sementara, tingkat ekspor mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 10 persen dibanding tahun sebelumnya.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya