JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bungan acuannya (BI Rate) 25 basis poin ke level 6 persen. Kenaikan ini, dilakukan sebagai salah satu cara untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
Pengamat ekonomi asal UGM Tony Prasetiantono mengatakan, langkah BI yang menaikkan suku bunga acuannya ke kisaran 6 persen ini sudah tepat. Menurutnya, kenaikan BI rate ini bisa meredam gejolak di pasar, namun di sisi lain masih mencerminkan ketahanan ekonomi Indonesia.
"Jika menaikkan terlalu besar, nanti ditangkap pasar sebagai sikap panik, yang bisa meniupkan sentimen negatif ke pasar," tutur dia kepada Okezone di Jakarta, Kamis (13/6/2013).
Meski demikian, dia menilai kenaikan BI rate ke kisaran 6 persen belum tentu cukup berhasil mendorong penguatan rupiah. "Kita lihat dulu respons pasar," tambah dia.
Menurut Tony, Jika rupiah masih terkulai lemah dan terus tertekan, maka BI rate perlu kembali dinaikkan. Namun, harus tetap konservatif dan 6,25 persen. Selain itu, dia menilai Kenaikan BI rate ini setidaknya bisa mengurangi beban biaya intervensi.
"Ini penting, mengingat cadangan devisa kita sekarang USD105 miliar, bahkan mungkin kurang, atau sangat dekat dengan batas psikologis USD100 miliar," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)