JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan. Langkah Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/IMF) memangkas pertumbuhan ekonomi global, nampaknya semakin meyakinkan investor beralih pada dolar AS.
Head of Research & Analysis BNI, Nurul Eti Nurbaeti mengatakan, dolar AS sebagai safe-haven currency terus terapresiasi hari ini terimbas gejolak politik yang terjadi di Mesir dan kurang kondusifnya kondisi di Eropa semalam pasca diturunkannya peringkat utang Italia oleh lembaga pemeringkat utang Standard & Poor’s kemarin.
"Namun, Bank Indonesia tetap aktif mengawal pergerakan rupiah pada hari ini," kata dia dalam risetnya di Jakarta, Rabu (10/7/2013).
Sementara, analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengatakan bahwa sentimen negatif datang lantaran IMF merevisi turun proyeksi ekonomi dunia. Setelah sebelumnya Bank Dunia merevisi turun pertumbuhan ekonomi dunia, IMF juga merevisi proyeksi sebelumnya pada April dari 3,3 persen menjadi 3,1 persen untuk 2013.
"Perlambatan ini terutama karena proyeksi turun ekonomi AS dari sebelumnya 1,9 persen menjadi 1,7 persen. Potensi turun ekonomi AS ini, di antaranya karena rencana the Fed mengurangi stimulus ekonominya," kata dia.
Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI mencatat kurs tengah rupiah di Rp9.970 per USD, dengan pergerakan harian di Rp9.920-Rp10.020 per USD. Sementara Bloomberg mencatat kurs tengah rupiah ada di Rp9.965 per USD, dengan pergerakan harian di kisaran Rp9.950-Rp10.015 per USD.
(Martin Bagya Kertiyasa)