RI Incar USD1,6 M dari Perdagangan dengan Chili

Hendra Kusuma, Jurnalis
Jum'at 30 Mei 2014 15:09 WIB
Ilustrasi. (Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA - Indonesia akan menghadiri perundingan ke-1 Trade in Goods (TIGs). Pertemuan yang berlangsung pada 26-27 Mei 2014, di Santiago, Chili guna membahas Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo dan Duta Besar RI untuk Santiago, Chili, Aloysius Lele Madja memimpin delegasi Republik

Perundingan ini merupakan tindak lanjut dari hasil  Joint Study Group Free Trade Agreement Indonesia dan Chili yang digagas sejak 2002 dan merupakan pelaksanaan kesepakatan kedua Kepala Negara di APEC, Vladivostok, Rusia, 2012.

"Perundingan akan dilakukan secara bertahap (incremental approach) di mana perundingan TIGs dilakukan terlebih dahulu dan akan diikuti oleh perundingan trade in services, investment, dispute settlement dan cooperation," jelas dia dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (30/5/2014).

"Tujuan utama perundingan sebagai upaya untuk meningkatkan pangsa pasar barang dan jasa serta investasi Indonesia di Amerika Tengah dan Selatan," kata Iman.

Dengan total Gross Domestic Product (GDP) kedua negara sebesar USD1,6 trilliun, total perdagangan Indonesia dan Chili berpotensi mencapai USD1,6 miliar dari total perdagangan saat ini yang tercatat hanya mencapai USD600 juta.

Perundingan ke-1 TIGs IC-CEPA adalah memulai peletakan landasan untuk perundingan substantif (request and offer). Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan perundingan lingkup dan  draft text sebelum memasuki perundingan substantif di bawah arah pemerintahan baru di Indonesia.

"Kedua pihak juga sepakat bahwa substansi perjanjian harus simpel dan mengacu pada ketentuan WTO dan menghindari pasal-pasal yang kontroversi dan menghindari mengubah peraturan perundang-undangan kedua negara,”  pungkas Iman Pambagyo.

Ekspor utama Indonesia ke Chili sebesar 60 persen didominasi oleh produk sepatu olah raga, karet dan produk karet, kulkas, kendaraan roda empat, elektronik, rumput laut, pakaian jadi, peralatan dapur. Sementara impor utama Indonesia dari Chile sebesar 60 persen adalah bijih besi, tembaga, pupuk, bubur kayu, anggur segar, susu bubuk, ikan salmon, dan wine.

Kegiatan ekspor dan impor Indonesia ke Chile dan sebaliknya, banyak dilakukan melalui negara ketiga yaitu Hong Kong, Shanghai, Peru, dan beberapa produk melalui Selandia Baru, Singapura, Panama dan Belanda.

"Selain sebagai negara tujuan ekspor non-tradisional bagi Indonesia, Chili juga dapat dimanfaatkan sebagai  hub bagi negara-negara di kawasan Amerika Tengah dan Selatan dengan adanya fasilitas zona perdagangan bebas di Iqueque, Chili," tambahnya.

Produk-produk ekspor utama Indonesia di pasar Chili masih menghadapi tingkat tarif sebesar 6 persen serta Pajak Pertambahan Nilai (PPn) atau disebut IVA sebesar 19 persen. Selain itu, Chili juga termasuk negara yang cukup ketat melindungi konsumen dan industri dalam negerinya melalui pengenaan ketentuan SPS dan TBT.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya