"Demandnya tidak ada akhirnya saham turun dan perusahaannya jadi lunglai," kata Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan, saat acara seminar di Bandung, Jumat (5/12/2013).
Menurut Haryajid, pada periode 2007-2008 banyak pengusaha berlomba-lomba untuk berbisnis tambang batu bara, karena permintaan yang sangat besar. Pada saat yang sama, banyak perusahaan yang sakit hingga akhirnya dibeli dan diubah namanya.
Haryajid menambahkan harga batu bara yang terus menurun, tidak sebanding dengan biaya operasional perusahaan. Hal inilah yang menjadi alasan perusahaan menunda untuk beroperasi dan terjadi sampai saat ini.
"Seiring berjalannya waktu hampir semua usaha tidak punya modal kuat. Di sini akhirnya pengusaha sektor batu bara dananya macet," tambah Haryajid.
(Martin Bagya Kertiyasa)