Kompensasi AirAsia Bikin Bingung Keluarga QZ 8501

, Jurnalis
Selasa 06 Januari 2015 10:28 WIB
Kompensasi AirAsia Bikin Bingung Keluarga QZ 8501. (Foto: Okezone)
Share :

SURABAYA - AirAsia Indonesia menawarkan kompensasi awal sebesar Rp300 juta bagi sejumlah keluarga penumpang QZ8501, menurut kerabat pada Senin.
 
David Tejakusuma menyatakan AirAsia menawarkan kompensasi Rp300 juta bagi masing-masing dari tujuh anggota keluarganya dalam penerbangan AirAsia QZ8501. Tujuh orang tersebut termasuk saudara perempuan dan ibunya.
 
“Saya tidak menandatangani (dokumen tawaran kompensasi),” kata David.
 
Ayah seorang korban, yang tak ditawari tetapi sudah melihat dokumen tawaran kompensasi, merasa kebingungan dengan penjelasan serta rencana pembayaran keseluruhan yang tercantum dalam surat.
Dalam surat yang dilihat The Wall Street Journal pada 2 Januari, AirAsia Indonesia menuliskan, “Kami ikut merasakan beban finansial dan emosional keluarga.”
 
Berdasarkan keterangan AirAsia dalam surat, disebutkan bahwa “kompensasi awal merupakan bagian dari keseluruhan” kompensasi yang akan diberikan oleh AirAsia kepada keluarga QZ8501.
 
Surat bertanda nama CEO AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko. Namun, tanpa tanda tangan Sunu. AirAsia belum merespons permintaan berkomentar tentang kompensasi.
 
Menurut wali kota Surabaya Tri Rismaharini pada Senin malam, keluarga berhak mendapat kompensasi sebesar Rp1,25 miliar untuk masing-masing korban yang meninggal dalam kecelakaan penerbangan. Aturan tersebut berdasarkan ketentuan Kementerian Perhubungan.
 
Risma mengungkap bahwa dua pakar hukum asuransi kini mendampingi keluarga mengurus kompensasi. “Mereka bilang akan mematuhi Konvensi Montreal (tentang perlindungan penerbangan sipil internasional),” katanya, lepas dari fakta bahwa Indonesia tak menandatangani pakta.
 
Tak seperti Singapura dan Malaysia, dua tetangganya, Indonesia tak menandatangani pakta internasional tentang pembayaran kompensasi maskapai. Secara keseluruhan, kompensasi bernilai sekitar Rp2,1 miliar per penumpang. Indonesia sampai sekarang menerapkan Konvensi Warsawa 1929, dengan kompensasi lebih rendah. Jumlahnya sekitar Rp104 juta atau USD8.300 per korban.
 
Bagaimanapun, CEO AirAsia Tony Fernandes pekan silam menegaskan perusahaannya tak akan “bersembunyi di balik konvensi apapun.” Pernyataan tampaknya mengacu pada Konvensi Montreal.
Imam Sampoerno, 65 tahun, ayah dari Donna Indah Nurwatie, penumpang QZ8501 berusia 38 tahun, memaparkan kalau AirAsia melobi keluarga secara perseorangan. Ia menyatakan sejumlah perwakilan AirAsia telah berbicara dengan beberapa keluarga penumpang dalam beberapa hari belakangan.
 
“Mereka belum berbicara dengan saya. Tetapi saya sudah melihat suratnya dari keluarga lain,” kata Imam.
 
Dalam insiden ini, ia turut kehilangan menantunya, Gusti Made Bobi Sindartha, juga dua cucu. Masing-masing bernama Gusti Permata dan Gusti Putri. Ia mengaku bingung dengan kalimat penjelasan AirAsia dalam surat tawaran kompensasi. “Surat tidak menyatakan apakah kami akan mendapat kompensasi kedua atau ketiga. Apa yang terjadi sesudah ini?” kata Imam, mengacu pada jumlah kompensasi yang akan dibayar AirAsia.
 
Imam dan sejumlah keluarga menolak untuk menandatangani surat, tanpa penjelasan lebih lanjut soal kompensasi.
 
“Saya dengar (kompensasi) seharusnya lebih besar dari itu,” sahut Imam. “Tapi tolong mengerti, uang bukan perhatian kami. (Keluarga kami) bernilai lebih dari apapun.” (Oleh Anita Rachman)
 
Berita ini pertama kali dipublikasikan oleh Wall Street Journal.

(Widi Agustian)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya