Hal ini disampaikan HT sapaan akrab Hary dalam dalam acara Rembug Ekonomi Nasional HUT ke-1 Tahun Partai Perindo dengan tema Memacu Lari Ekonomi, Sampai Kapan Rakyat Bertahan? di Jakarta, Selasa (6/10/2015).
"Di era 1970 ekonomi kita, kita produsen minyak. Itu jadi tulang punggung ekonomi kita. Lalu ekonomi kita 1980an banyak tumbuh industri-industri dengan banyaknya pabrik-pabrik dan itu juga sejalan dengan pembangunan generasi muda atau bonus demografi ini," sebut HT.
HT menambahkan, di era 2000-an, tepatnya tiga lalu ekonomi Indonesia diuntungkan dengan booming komoditas. Hal ini pun menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia yang ditandai dengan ekspor nonmigas mencapai 60 persen lebih.
"Ada karet, batu bara, kelapa sawit, dan lainnya. Teman-teman di luar Jawa itu sangat diuntungkan booming komoditas," paparnya.
Namun, dengan seiringnya waktu, harga komoditas turun, sehingga kekuatan ekonomi Indonesia pada kala itu tidak lagi muncul di era pemerintahan sekarang.
"Minyak impor, itu tidak ada dipersiapkan matang. Impor besar. Kalau dari sisi industri tidak besar lagi. Pada akhirnya kita kalah negara-negara seperti China," papar HT.
Menurut HT, sektor komoditas pun tidak dapat diandalkan lagi, lantaran harganya di titik terendahnya. Dirinya pun melihat harga minyak pada 2016 akan semakin turun.
"Jika itu sampai terjadi, ekonomi 2016 tidak lebih baik di 2015. Kesimpulannya kekuatan Indonesia pada masa lalu tidak ada lagi," tukasnya.
(Rizkie Fauzian)