Wawancara CEO Metrodata: 40 Tahun Berkiprah di Perusahaan IT

Danang Sugianto, Jurnalis
Selasa 01 Desember 2015 18:49 WIB
Direktur Utama Metrodata Susanto Djaj. (Foto: LinkedIn)
Share :

Apa yang menjadi keraguan pada saat masuk kuartal dua 2015 saat itu?

Itu disebabkan karena imbas dari pelemahan kurs. Jadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sektor IT maupun sektor lainnya yang bergantung pada impor pasti selalu bergantung pada pergerakan kurs. Tapi kami melihat saat ini untuk pergerakan Rupiah sudah lumayan membaik, meskipun masih jauh dari sempurna.

Banyak pihak yang masih mengkhawatirkan pelemahan Rupiah, pasalnya masih ada kemungkinan The Fed menaikan suku bunganya. Anda melihat seberapa optimis menatap kinerja di 2016?

Untuk 2016 kami melihat ini bukan tahun yang mudah dibanding dua atau tiga tahun yang lalu. Tapi kami masih merasa cukup optimis, karena kami melihat kinerja dari pemerintah ada suatu optimisme dari pelaku pasar termasuk konsumen-konsumen kami. Seperti konsumen kami di sektor telekomunikasi itu belanja IT-nya sangat besar, sangat tergantung pada IT.

Karena jumlah pengguna provider telekomunikasi di Indonesia mungkin sudah melebihi jumlah populasi, karena jumlahnya sudah sekitar 270 juta. Itu kan mau tidak mau harus di maintanance perkembangannya, seperti perkembangan dari 2g, 3g lalu ke 4g. itu kan membutuhkan belanja IT. Kedua sektor financial services, industri perbankan di Indonesia dibanding 1998 saat ini sangat berbeda.

Meskipun saat ini ada penurunan kinerja dari beberapa bank, tapi secara umum masih ada yang flat bahkan tumbuh. Sehingga segmen perbankan dan lembaga keuangan saya yakin masih membutuhkan belanja IT. Ketiga energi resoucer dan pertambangan, walaupun saat ini tertekan karena masalah harga minyak, tapi belanja IT mereka juga tidak bisa ditahan. Karena IT ini saat ini sedang berubah dari evolusi menjadi revolusi yang sangat cepat.

Jadi permintaan saat ini lebih banyak dari sektor industri dibanding retail?

Kami memang melayani permintaan baik dari masyarakat secara retail maupun korporasi. keduanya kami fokus, sehingga jika kami mengalami pelemahan di korporasi pada kuartal II dan III, ah penjualan retail yang membantu kami. sehingga di kuartal keempat kami yakin sektor korporasi pasti akan melakukan belanja IT. Karena tidak mungkin budgetnya masih ditunda, karena ini merupakan persaingan mereka juga terhadap perusahaan lain.

Setelah sudah mendistribusikan hardware, software dan telekomunikasi, kira-kira di tahun depan akan ada apa lagi?

Dunia itu bergerak sangat cepat dan sangat dinamis, sehingga sebenarnya kami melihat in future everything will be digital dan digital will be everything. Dengan demikian tren dari ICT di dunia, suka tidak suka Indonesia harus mengikuti. Sehinga kami memiliki lima pilar strategi yang akan kami lontarkan di 2016, pertama tren cloud computing, hari ini bagai perusahaan besar kalau mau membeli hardware pakai budgeting, sekarang beli hardware cukup membeli berdasarkan yang anda butuh.

Kedua mobility, baik mobile devices yang kami distribusikan maupun aplikasi yang bersifat mobile. Karena seharusnya saat ini karyawan bisa mengakses perusahaan dengan menggunakan perangkat mobile saja, tidak perlu kembali kantor. Ketiga karena terlalu banyak data kami melihat ada tren big data dan business intelegent. Keempat karena cenderung semua sudah digital, kami melihat security sangat dibutuhkan dan bukan hanya semata-mata antivirus saja.

Terakhir kami melihat hari ini sosial media itu membuat gelombang baru untuk bisnis berjalan dengan sesuatu yang berbeda.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya