PEKANBARU - Pemerintah Provinsi Riau terus mengantisipasi terjadinya defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) akibat terus merosotnya harga minyak mentah yang berpengaruh bagi dana bagi hasil provinsi itu.
Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman di Pekanbaru, Jumat mengatakan proyeksi dana bagi hasil pada APBD 2015 berdasarkan harga minyak 60 dolar per barrel.
Namun menjelang akhir tahun 2015 sampai sekarang, harga minyak mentah dunia terus merosot bahkan hingga 30an dolar per barrel.
"Kita antisipasi defisit, jangan sampai defisit dan terjadi hutang ke pihak ketiga. Ini tidak bagus. Kita selalu pantau dan memperhitungkan lagi dalam melaksanakan anggaran ini," katanya.
Ia mengatakan bahwa untuk triwulan terakhir 2015 saja dana bagi hasil belum dibayar akibat goncangan harga tersebut.
Saat ini, lanjut dia, kecenderungan harga minyak terus menuju ke level terbawah dan tidak ada yang bisa menjamin akan naik sehingga besar sekali pengaruhnya pada APBD Riau yang disahkan Rp11,2 triliun.
Berdasarkan hasil minyak tahun lalu saja, Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) seluruh Riau berkurang Rp4 triliun dengan harga minyak sebesar 60 dolar per barrel.
"Sekarang sudah turun lagi lebih 50 persen, bisa jadi dipotong DIPA dana bagi hasil bukan Rp4 triliun lagi, bisa Rp6 triliun seluruh Riau. Untuk provinsi bisa Rp1,5 triliun," jelasnya.
Oleh karena itu, dia meminta jajaran untuk melakukan efisiensi terutama untuk perjalanan dinas.
Harga minyak dunia sendiri hingga saat ini sudah turun ke level terendah sejak 2003 yakni 33,27 dolar per barrel. Hal ini dipengaruhi stok yang berlebih dari negara-negara penghasil minyak.
(Fakhri Rezy)